Peran Guru Penggerak Dalam Mewujudkan Budaya Positif

2 September 2024, 21:16 WIB

PEMBELAJARAN berdiferensiasi, sebagai salah satu pendekatan modern dalam pendidikan, memiliki akar kuat dalam filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara. Keduanya sama-sama menempatkan murid sebagai pusat pembelajaran.

Artikel ini akan menguraikan koneksi antara kedua konsep tersebut, serta mengkaji peran guru penggerak dalam mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi yang berakar pada nilai-nilai luhur pendidikan Indonesia. Selain itu, artikel ini juga akan membahas pentingnya membangun budaya positif di sekolah untuk mendukung implementasi pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa setiap murid memiliki gaya belajar, minat, dan kemampuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu setiap murid. Konsep ini sejalan dengan filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menekankan pentingnya pendidikan yang berpusat pada murid (student-centered).

Koneksi Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Filsafat Ki Hajar Dewantara antara lain ditandai dengan pemahaman bahwa murid sebagai pusat pembelajaran : Baik pembelajaran berdiferensiasi maupun filsafat Ki Hajar Dewantara sama-sama menempatkan murid sebagai subjek aktif dalam proses pembelajaran. Murid bukan hanya penerima pasif informasi, tetapi juga sebagai penemu dan pencipta pengetahuan. Selain itu juga pentingnya individualitas, Ki Hajar Dewantara menyadari bahwa setiap anak memiliki potensi dan karakter yang unik.

Pembelajaran berdiferensiasi juga mengakui keunikan setiap murid dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan belajar mereka secara individual. Belajar dari dan di Lingkungan, Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pembelajaran yang berakar pada lingkungan dan budaya setempat. Pembelajaran berdiferensiasi juga dapat diadaptasi untuk mengakomodasi konteks budaya dan sosial yang berbeda-beda.
Guru penggerak memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah.

Beberapa peran guru penggerak antara lain: a) Sebagai Model: Guru penggerak menjadi contoh bagi guru lain dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi; b)Sebagai Fasilitator: Guru penggerak memfasilitasi rekan sejawat untuk mengembangkan kompetensi dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi; c) Sebagai Pemimpin Pembelajaran: Guru penggerak memimpin upaya untuk menciptakan budaya belajar yang positif dan inklusif di sekolah.

Visi guru penggerak adalah untuk menciptakan sekolah yang berpusat pada murid dan memiliki budaya belajar yang positif. Budaya positif ini ditandai oleh: a) Saling menghormati: Guru dan murid saling menghormati satu sama lain; b) Kolaborasi: Guru, murid, dan orang tua bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran; c) Inovasi: Guru terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran; d) Refleksi: Guru secara rutin merefleksikan praktik pembelajaran mereka.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar, minat, dan kemampuan yang unik. Oleh karena itu, guru perlu menyesuaikan proses pembelajaran agar dapat memenuhi kebutuhan individu setiap siswa. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memungkinkan setiap siswa mencapai potensi terbaiknya.

Ada beberapa cara untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas. Yang pertama adalah mengenali keunikan siswa yakni dengan memahami gaya belajar seperti visual, auditori, kinestetik. Yang kedua adalah mengenali minat yakni dengan memahami topik apa yang disukai. Yang ketiga adalah mengenali kemampuan yaitu tingkat pemahaman materi. Dan yang keempat adalah mengenali profil belajar yaitu cara siswa belajar yang paling efektif.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa setiap murid memiliki gaya belajar, minat, dan kemampuan yang berbeda-beda. Dengan demikian, guru perlu menyesuaikan proses pembelajaran agar dapat memenuhi kebutuhan individu setiap murid.

Pembelajaran berdiferensiasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan murid dengan berlandaskan prinsip-prinsip berikut. Yang pertama adalah fleksibilitas dimana guru memberikan berbagai pilihan dalam proses pembelajaran, seperti tugas, materi, dan cara penyampaian. Hal ini memungkinkan murid untuk memilih yang paling sesuai dengan gaya belajar mereka. Yang kedua adalaha relevansi dimana materi pembelajaran dikaitkan dengan minat dan kehidupan sehari-hari murid. Ini membuat pembelajaran lebih bermakna dan memotivasi murid untuk belajar.

Yang ketiga adalah tantangan yang terukur yakni dimana setiap murid diberikan tantangan yang sesuai dengan kemampuannya. Tantangan yang terlalu mudah akan membosankan, sedangkan tantangan yang terlalu sulit dapat membuat murid merasa frustasi. Dan yang keempat adalah dukungan yang personal dimana guru memberikan dukungan yang berbeda-beda kepada setiap murid sesuai dengan kebutuhannya.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan implementasi nyata dari filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara yang berpusat pada murid. Guru penggerak memiliki peran sentral dalam mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi yang berakar pada nilai-nilai luhur pendidikan Indonesia. Dengan membangun budaya positif di sekolah, guru penggerak dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi setiap murid untuk mencapai potensi terbaiknya.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan yang sangat penting untuk diterapkan di kelas. Dengan memahami keunikan setiap siswa dan merancang pembelajaran yang fleksibel, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang optimal bagi semua siswa.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah kunci untuk menciptakan kelas yang inklusif dan efektif. Dengan memahami kebutuhan unik setiap murid dan merancang pembelajaran yang fleksibel, guru dapat membantu semua murid mencapai potensi terbaik mereka. Konsep ini juga sangat relevan dengan tujuan Program Guru Penggerak untuk melahirkan pemimpin pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.(Sri Maryani, S.Pd., M.Pd, CGP Angkatan 11 Kabupaten Banyumas dari SMKN 1 Purwokerto)

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:

Artikel Terkait