Puncta 29.10.22
LAKON wayang “Petruk Dadi Ratu” atau “Petruk Jadi Raja” adalah lakon “carangan” bukan lakon pakem dalam serial Mahabarata.
Konon lakon atau cerita ini dikarang oleh seorang etnis keturunan Tionghwa bernama Tjan Tjoe Han dari Cayudan Surakarta pada tahun 1932.
Di awal manuskrip yang mengisahkan lakon Petruk Jadi Raja itu ada tembang Dandang Gula yang menunjukkan nama sandi si pengarangnya.
Petruk adalah tokoh panakawan, rakyat jelata yang tiba-tiba menjadi raja di Kerajaan Mulwarengka bergelar Prabu Belgedhuwel Beh.
Nama itu akronim dari “Sugih mblegedhu rakyate dhedhel dhuwel kabeh” artinya rajanya kaya raya tetapi rakyatnya menderita sengsara sampai pakaiannya “dhedhel dhuwel”, compang camping.
Kisah Petruk Jadi Raja sebenarnya adalah otokritik bagi kondisi bangsa yang hanya mengejar kekuasaan, kedudukan atau status tetapi tidak memikirkan rakyat yang miskin menderita.
Karena bergelimang kekuasaan, orang lupa asal usulnya. Orang mengejar posisi, kedudukan sampai lupa diri dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Rakyat darimana dia dulu berasal ditinggalkan dan tidak digubrisnya lagi.
Dengan cerita Petruk Dadi Ratu, Tjan Tjoe Han mau mengingatkan kepada siapa pun untuk “eling lan waspada” supaya tidak gila hormat, mengejar kedudukan sampai mengorbankan orang lain yang miskin dan papa.
Yesus juga mengingatkan kepada kita. Ketika Yesus melihat dalam sebuah perjamuan pesta, orang-orang lebih suka memilih tempat-tempat kehormatan, Yesus berkata, “Kalau seseorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat daripadamu, supaya orang itu jangan datang dan berkata padamu; ‘Berilah tempat ini kepada orang itu.”
Kisah Yesus itu juga mengingatkan kita agar tidak mengejar kehormatan, sebaliknya kita lebih bersikap rendah hati kepada orang lain. Lebih baik menghormati yang lain agar diutamakan lebih dahulu daripada kita sendiri.
Yesus mengatakan, “Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Semoga kita tidak menjadi Petruk-Petruk zaman ini yang lupa diri, membabi-buta mengejar kedudukan demi kesombongan diri dan lupa pada asal muasal kita sebagai rakyat biasa yang sederhana.
Berlayar ikut angin di samudera raya,
Menikmati deru ombak dan nyiur kelapa.
Kita ini bukanlah siapa-siapa di mata-Nya,
Kita hanyalah hamba yang tidak berguna.
Cawas, tansah eling lan waspada…
RD A Joko Purwanto Pr
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | sesawi.net |