Politik Devide et Impera

9 Juni 2024, 08:21 WIB

Puncta 09.06.24
ZAMAN dahulu penjajah sering menggunakan politik devide et impera. Para penjajah yang ingin menguasai sumber alam seperti cengkeh, pala, dan hasil bumi lain menggunakan politik devide et impera. Mereka memecah belah dan mengadu domba untuk menguasai.

Belanda misalnya, menggunakan politik devide et impera untuk menguasai Kerajaan Mataram di Jawa. Dengan Perjanjian Giyanti tanggal 13 Februari 1755, Mataram dipecah menjadi Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta.

Perjanjian Salatiga pada 17 Maret 1757, menyebabkan Kerajaan Surakarta dipecah lagi menjadi dua yakni Kasunanan yang dipimpin Sunan Pakubuwono III dan Mangkunegaran yang dipimpin Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyowo.

Di kemudian hari, Pemerintah kolonial Inggris di bawah Sir Thomas Raffles juga memecah Kerajaan Yogyakarta menjadi dua yakni Kasultanan dan Pakualaman.

Dengan cara memecah belah, mengadu domba, penjajah bisa menguasai seluruh wilayah Indonesia.

Yesus dituduh oleh Ahli-ahli Taurat menggunakan kuasa penghulu setan yaitu Beelzebul untuk mengusir setan.

Maka Yesus balik bertanya, “Bagaimana iblis dapat mengusir iblis? Kalau kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan.”

Tindakan Yesus mengusir setan menunjukkan bahwa kuasa Allah sudah datang dalam diri Yesus sendiri. Kejahatan dikalahkan oleh kuasa Allah dan yang berdaulat adalah Allah sendiri.

Yesus memperlihatkan kuasa Allah yang mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati.

Kita diajak percaya pada Yesus yang membawa keselamatan dan kebaikan. Ahli-ahli kitab itu justru tidak mau percaya dan mendakwa Yesus menggunakan kuasa iblis. Mereka tidak mampu melihat kuasa Allah, karena kedegilan hati mereka.

Jika kita mau membuka diri dan percaya kepada-Nya, maka kita akan melakukan sabda dan kehendak-Nya. Orang-orang yang melakukan kehendak Allah itulah yang akan menjadi sahabat dan saudara Yesus.

“Siapakah Ibu-Ku? Siapakah saudara-Ku? Inilah ibu-Ku dan saudara-Ku! Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku,” kata Yesus.

Apakah kita mau menjadi saudara Yesus? Syaratnya adalah dengan melakukan kehendak Allah. Kehendak-Nya adalah agar kita tinggal dalam kasih-Nya dan berusaha saling mengasihi satu sama lain. Sanggupkah kita?

Segarnya minum kelapa muda,
Di hari yang panas membara.
Jika kita kuat bersaudara,
Kita tidak mudah diadu domba.

Cawas, Bersatu kita teguh
Alexander Joko Purwanto Pr

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber : sesawi.net

Artikel Terkait