Politik Kambing Hitam

1 April 2023, 07:34 WIB

JOKOWI berhasil menggelar beberapa event Internasional di Indonesia. Sukses menyelenggarakan Asian Games dan Asian Paragames tahun 2018.

Lebih hebat lagi kita bisa menjadi penyelenggara MotoGP di Mandalika sirkuit. Lalu jadi tuan rumah pertemuan G-20 di Bali.

Ada juga Formula E, tapi tidak seheboh event lainnya.

Sedianya akan jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun ini. Tetapi mungkin banyak orang mulai “gerah” dengan pencapaian Jokowi yang diakui dunia.

Banyak orang tidak senang, apalagi ini menjelang akhir pemerintahannya. Pemilu akan digelar tahun depan. Lawan-lawan berusaha menghapus jejak-jejak keberhasilannya.

Mereka yang tidak suka kepada Jokowi, berasumsi penolakan Timnas Israel ini seperti pedang bermata dua untuk menyerang.

Kalau FIFA membatalkan, mereka bisa mengkambinghitamkan dan menyalahkan pemerintah. Kalau tetap dilaksanakan dengan Israel ikut serta, lawan-lawan akan menentang dari dalam habis-habisan.

Bisa jadi demo berjilid-jilid dikerahkan. Kalau bisa kondisi dibikin kacau pemerintah lumpuh dan kolaps. Semua hanya diarahkan untuk menjatuhkan Jokowi.

Jokowi mengalah. Ia menerima keputusan FIFA dengan lapang dada. Mengalah tidak berarti kalah. Ia berpikir untuk hal yang lebih besar.

Keselamatan dan kesatuan bangsa lebih diutamakan daripada popularitas dan prestasi dirinya.

Seperti dalam bacaan pertama hari ini, yang dinubuatkan oleh Nabi Yeheskiel, “Tuhan berfirman, Aku akan menjadikan mereka satu bangsa di tanah mereka, di atas gunung-gunung Israel, dan satu orang raja memerintah mereka seluruhnya, tidak lagi menjadi dua bangsa dan tidak lagi terbagi menjadi dua kerajaan.”

Dalam Injil, mukjizat Yesus membangkitkan Lazarus membuat heboh di seluruh negeri. Apalagi Betania – kampung Lazarus – dekat dengan Yerusalem.

Berita itu cepat sekali menyebar kemana-mana. Banyak orang penasaran, bertanya-tanya dan ingin tahu tentang hal itu. Tidak sedikit mereka yang percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan. Semakin banyaklah orang-orang yang mengikuti-Nya.

Tidaklah demikian pandangan para pemimpin agama, imam-imam kepala Bangsa Yahudi. Mereka takut dan khawatir dengan kehadiran Yesus. Makin banyak pengikut-Nya makin berbahaya bagi kedudukan mereka.

Mereka menggoreng masalah ini ke ranah politik. Para imam kepala dan kaum Farisi memanggil sidang Mahkamah Agama.

Mereka berkata, “Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.” Roma berarti urusan politik.

Lalu Kayafas, Imam Besar (gelarnya IMAM BESAR lho) waktu itu memainkan politik kambing hitam.

“Kamu tidak tahu apa-apa dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa.” Katanya kepada anggota mahkamah agama. Mereka sepakat untuk membunuh Yesus.

Yesus mundur dan tidak tampil di muka umum. Ia menyingkir ke kota Efraim dan berkumpul bersama murid-murid-Nya. Ia membangun strategi untuk melakukan hal yang lebih besar yakni menyelamatkan seluruh manusia melalui pengorbanan-Nya.

Saya yakin Jokowi juga punya strategi besar untuk menyelamatkan bangsanya pada gawai besar tahun depan. Kita tunggu dan kita dukung….

Mengalah tidak berarti kalah,
Dia mundur untuk kemenangan.
Yesus Kristus adalah utusan Allah,
Dia mati untuk bawa keselamatan.

Cawas, tidak usah saling menyalahkan

Puncta 01.04.23

Alexander Joko Purwanto Pr

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:sesawi.net

Artikel Terkait