Prodi HI Unisri Gelar Diplomatic Course, Bahas Konflik di Palestina – Israel

1 Maret 2024, 18:05 WIB

SOLO,LOKAWARTA.COM-Memasuki penghujung 2023, konflik antara Israel dan Palestina memasuki 76 tahun. Awal Oktober 2023, eskalasi konflik di Timur Tengah itu paling signifikan dalam beberapa dekade terakhir.

Konflik mengakibatkan banyak korban jiwa, hancurnya fasilitas kesehatan, sekolah, rumah, dan fasilitas umum lainnya. Serangan udara, darat, dan laut Israel menewaskan lebih dari 23.200 warga Palestina, dua pertiga jumlah itu adalah perempuan dan anak-anak.

Pada 26 Oktober 2023, digelar Sidang Majelis Umum PBB di New York. Sidang Umum PBB melakukan pertemuan darurat terkait konflik Israel dan Palestina.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan tindakan nyata di Gaza, agar warga sipil, awak media, tenaga kesehatan dapat dilindungi dan bantuan kemanusiaan dapat segera diberikan.

Kemudian, pada 12 Desember 2023, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi tidak mengikat yang menuntut gencatan senjata dalam konflik Israel-Palestina di Gaza. Peran PBB dalam konflik Israel-Palestina telah menjadi sorotan di berbagai belahan dunia.

IMG 20240301 175933

Melihat isu konflik Israel-Palestina dan peran PBB dalam menanggapi konflik itu, Laboratorium Ilmu Hubungan Internasional bersama Prodi HI Unisri Surakarta menyelenggarakan Unisri Diplomatic Course (UDC) 2024.

Tema yang diangkat, “The Role of the United Nations General Assembly (UNGA) in Addressing the Israel and Palestine Conflic.” H.E Nadjib Riphat Kesoema, Duta Besar Indonesia untuk Australia 2012-2017 menjadi pembicara tunggal dalam seminar itu.

“Tema ini sejalan dengan isu internasional yang kini jadi perhatian dunia,” kata Kaprodi Hubungan Internasional Unisri Surakarta Ganjar Widhiyoga, ketika memberi sambutan.

UDC merupakan ajang mahasiswa mengasah skills dalam persidangan PBB. Tema mengenai kedamaian, keamanan, dan stabilitas konflik Israel dan Palestina menjadi fondasi bagi mahasiswa HI UNISRI untuk melakukan persidangan PBB.

Dalam mengasah skills persidangan PBB tersebut, mahasiswa tetap memerlukan insight dan knowledge mengenai konflik yang terjadi dan bagaimana langkah yang diambil oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

“Sehingga, diharapkan pada saat melakukan sidang, mahasiswa dapat menunjukkan skills yang memadai dengan berlandaskan knowledge yang didapatkan dalam seminar nasional,” kata Ganjar.(*)

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber :

Artikel Terkait