Rembulan dan Jari Telunjuk

15 April 2024, 06:10 WIB

Puncta 15.04.24
ADA pepatah mengatakan, “Kalau ada orang menunjuk rembulan, hanya orang bodoh yang melihat jarinya.”

Pepatah ini mau mengatakan bahwa ada orang yang mampu melihat sesuatu yang indah dan bagus di langit yang jauh, tetapi orang yang bodoh dan berpikir sempit hanya melihat jari telunjuknya saja.

Bagi saya kesaksian Romo Magniz di persidangan sengketa Pilpres kemarin adalah peringatan keras kepada seluruh anak bangsa. Jika kekuasaan tidak dilandaskan pada etika yang benar, maka jatuhlah nilai-nilai reformasi yang selama ini dibangun dengan susah payah. Romo Magniz sudah melihat jauh ke depan.

Romo Magniz menunjukkan rembulan yang jauh di depan sana. Kita hanya melihat kontestasi yang penuh hiruk pikuk. Jika kekuasaan dijadikan tujuan, orang bisa lupa menjaga aturan-aturan dan menghalalkan segala cara, maka kita baru melihat jari telunjuk, bukan rembulan yang terang di atas langit sana.

Kita diingatkan bahwa tujuan kontestasi bukan kekuasaan sesaat, tetapi kesejahteraan bersama seluruh rakyat.

Orang bijak sudah melihat rembulan yang jauh di depan, sementara kita masih saja berkutat melihat jari telunjuk di depan mata saja. Kita belum mampu menuju ke rembulan indah masa depan kita.

Sebagaimana yang dikatakan Yesus kepada orang banyak ketika mereka berbondong-bondong mencari-Nya. Mereka mencari Yesus bukan karena Dia adalah Utusan Allah, tetapi karena mereka telah makan kenyang karena peristiwa penggandaan lima roti dan dua ikan.

Orang banyak hanya takjub melihat hingar bingar peristiwa pergandaan roti tetapi belum sampai pada pemahaman siapakah Yesus itu sesungguhnya. Kita sering kali tercekat oleh kekaguman akan kehebatan orang, tetapi hanya sampai di situ saja.

Kita malah berebut mendapat manfaat atau keuntungan dari hiruk pikuknya peristiwa besar. Kita bisa mengambil kentungan dari proyek besar itu. Orang banyak itu mendapat makan gratis, roti yang dibagi-bagikan tanpa harus kerja keras.

Tidak penting mikir masa depan demokrasi, yang penting saya mendapat keuntungan dari pemilu yang berlangsung. Pemimpin macam apa tidak terlalu penting, yang dipikirkan adalah saya dapat cuan banyak tanpa kerja keras.

Sama seperti orang-orang yang mencari Yesus. Tidak penting siapakah Yesus itu, yang penting saya dapat makan gratis. Siapa tahu Dia akan mengubah batu menjadi roti? Dan saya bisa menjarah sebanyak-banyaknya.

Yesus mengingatkan kepada kita, “Hendaklah kamu percaya kepada Dia yang diutus oleh Allah.” Hendaklah kita bisa melihat rembulan yang jauh, bukan cuma jari telunjuknya saja.

Belajarlah melihat indahnya bulan,
Jangan terpaku pada jari telunjuk.
Betapa indahnya kasih sayang Tuhan,
Kita hanya bisa bersyukur menunduk.

Cawas, syukur atas kasih Tuhan
Alexander Joko Purwanto Pr

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:sesawi.net

Artikel Terkait