SOLO,LOKAWARTA.COM-Sebanyak 40 mahasiswa Universitas Tunas Pembangunan / UTP Solo dinyatakan lolos program Wirausaha Merdeka / WMK 2023.
Ubaidillah, salah aatu mahasiswa Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian membagikan cerita saat mengikuti program WMK.
Dia dan tim membuat brand fashion dengan nama RGHTSIDE, yang berfokus pada produk jaket varsity dengan desain kekinian dan bahan berkualitas.
“Saya dan Tim membuat jaket varsity dengan brand RGHTSIDE. Kami memilih produk ini karena trend meningkatnya minat pada pakaian khas sekolah dan gaya retro,” ungkap Ubai, begitu dia akrab disapa.
“Jaket varsity memiliki keunikan dan kesan yang kuat, memungkinkan kami untuk mengekspresikan kreativitas kami dalam desain dan memberikan kontribusi pada pasar fashion yang berkembang.”
Ubai juga menceritakan keunggulan bahwa Jaket Varsity buatan kelompoknya adalah desain yang inovatif dan kualitas bahan yang dipilih. Dia dan tim juga memberikan perhatian khusus pada detail, seperti bordir logo yang eksklusif.
“Kami menekankan nilai-nilai keberlanjutan dalam proses produksi, menciptakan produk yang bukan hanya bergaya tetapi juga ramah lingkungan”, imbuhnya.
Selain Ubai, ada juga Galih Sekar Permata Kusuma, mahasiswa Prodi Agroteknologi semester 5 yang mengungkapkan pengalamannya. Alasan dia mengikuti WMK karena ingin mencoba hal baru keluar dari zona pertanian dan ingin tau bagaimana menjadi wirausahawan muda.
Galih dan kelompoknya membuat Handmade Soap atau sabun organik dengan 4 variant, yaitu bidara, lengkuas, lavender dan yang paling best seller yaitu kefir/susu kambing etawa. Handmade soap buatan Galih dkk diberi nama Samurah.id, yang artinya Sabun Murah Indonesia.
“Kami memilih Handmade Soap karena kami ingin membuat produk yang masih berkaitan dengan pertanian, maka dari itu kami membuat sabun dengan bahan hasil dari pertanian itu sendiri,” kata Galih.
“Keunggulan dari samurah.id yaitu bahan aktif yang dipakai karena bahannya real dari ekstrak tanpa bahan campuran dan tentunya packaging yang unik untuk menarik konsumen dan juga praktis dibawa kemana-mana”, jelas Galih.
Terakhir dari FEB UTP, ada Nabila, mahasiswa akuntansi yang berhasil membuat produk makanan olahan dari ayam yang dijadikan ricebowl dengan keunggulannya sambal cita rasa Nusantara.
“Keunggulan ricebowl kami ada pada sambalnya yang khas. Biasanya ricebowl pakai saus tapi kami pakai sambal. Ada sambal ijo, sambal bawang dan sambal matah. Sambal kami sesuaikan dengan cita rasa Indonesia”, ungkap Nabila.
Nabila punya cerita. Awalnya dia ingin membuat produk makanan ji Korean food yaitu gimbab. Namun sayangnya produk tersebut tidak mendapat acc dari penyelenggara. Akhirnya diri dia dan tim memutuskan untuk membuat ricebowl dengan sambal khas rasa Nusantara.
Nabila juga membagikan cerita dari awal program sampai akhirnya bisa mengikuti expo WMK. Dia dan teman satu timnya saat menjalani magang harus belajar di peternakan ayam dan harus tinggal (menyewa kost) selama 2 bulan di dekat peternakan tersebut.
Nabila dan timnya belajar mulai dari hal yang paling kecil yaitu merawat ayam, memberikan makan dan vitamin sampai bisa menimbang olahan daging, bahkan memisahkan ayam hidup dan yang mati.
“Kegiatan magang itu benar-benar membuat kami belajar beternak ayam. Dari situ kami jadi tau bagaimana proses beternak ayam, bagaimana memilih daging ayam yang berkualitas hingga menimbang olahan daging ayam”, tuturnya.
Program WMK membuat sebuah pengalaman yang luar biasa bagi mahasiswa. Mereka semua tentu berharap dengan program ini dapat mengembangkan produknya menjadikan sebuah bisnis atau UMKM hingga nantinya bisa sukses.
Sedari muda mereka belajar untuk menjadi wirausahawan agar tidak menjadi karyawan. WMK juga menjadi bekal bagi mahasiswa setelah lulus kuliah jika ingin mengembangkan usaha.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |