KARANGANYAR,LOKAWARTA.COM-Profesi wartawan yang dulu sangat terhorma, kini tak lagi menarik bagi sebagian masyarakat.
Media (mainstream), baik cetak maupun elektronik, yang dulu menjadi aktor utama dalam penyebaran informasi, kini juga sudah tidak lagi, dengan kemunculan media sosial.
“Kini masyarakat sudah tidak suka nonton televisi, apalagi membaca koran,” kata Ketua DPRD Jawa Tengah Sumanto.
“Sewaktu saya masuh muda, dulu kalau ditawari, orang memilih bekerja sebagai wartawan ketimbang jadi PNS, karena gajinya gede dan dimana mana dihormati,” kata Sumanto.
Hal itu dikatakan ketika membuka Silaturahmi Media : Menuju Terciptanya Sinergitas Wartawan dan DPRD Jateng di Karanganyar, Kamis (30/1/2025).
Silaturahmi yang dihadiri puluhan wartawan dari Karanganyar, Sragen, dan Solo itu menghadirkan tiga pemateri. Yakni, Irfan Salafuddin (SM), Tri Rahayu (Solopos), dan Ketua PWI Solo Anas Syahirul.
Tidak harus bekerja di perusahaan media, lanjut Sumanto, masyarakat kini bisa menjadi wartawan, dengan membuat media sendiri atau media sosial.
Dengan media sosialnya, lanjut Sumanto, masyarakat, terutama anak-anak, lebih lihai dalam persebaran informasi. Pembaca atau pengikut atau followernya banyak, bahkan kadang mengalahkan berita dari wartawan yang sesungguhnya.
“Mestinya tak boleh gitu, wong wartawan itu pelopor, lebih dulu tahu dan punya ilmunys, sehingga jangan sampai kalah, karena itu harus berinovasi agar tidak kalah,” kata Sumanto.
Dalam paparannya, Tri Rahayu mengatakan, media sosial bisa bermanfaat bagi pekerja media. Yakni untuk memperluas jaringan, meningkatkan komunikasi, dan mempromosikan diri (perusahaan).
Menurut dia, media sosial punya kekurangan karena tidak ada verifikasi. “Nah, media mainstream berfungsi untuk menutupi kelemahan kelemahan yang ada di media sosial,” kata Tri.
Ketua PWI Surakarta Anas Syahirul menambahkan, musuh utama wartawan dan media mainstream bukanlah media sosial tapi wartawan itu sendiri. Anas mengakui, kini banyak yang mengaku-aku wartawan hanya dengan modal eblek dan portal atau web yang dibuat sendiri.
Bahkan nama portal itu mirip-mirip dengan lembaga, seperti kpk.com, bhayangkara.com atau investigasi.com. Celakanya, mereka berbaur dengan wartawan dari media resmi dan terverifikasi dewan pers.
“Sebagai wartawan, saya minta teman teman tetap menjaga kredibilitas, tulislah berita dengan profesional dan tetap menjaga akurasi serta berimbang,” kata Anas.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |