Sindhunata dan Nyanyi Sunyi Seorang Bisu

17 Mei 2022, 17:47 WIB

LOKAWARTA.COM,JOGJA-Di awal karir sebagai jurnalis, Sindhunata pernah mendapat tugas meliput di Pulau Buru dan bertemu Pramudya Ananta Toer.

Di sana ia ditanya Pram, apakah istrinya masih mencintai dirinya? Sindhunata menjawab tentu masih mencintai. Nah, dari dialog tersebut kemudian ditulis Pram dalam novel berjudul “Nyanyi Sunyi Seorang Bisu”.

Dan ketika akan kembali ke Jakarta, Pram menantang Sindhunata, maukah membawa titipan berkas yang perlu disiarkan ke dunia luar? Sindhunata menyatakan bersedia meski berpikir bagaimana kalau ketahuan petugas atau tentara yang menjaga pulau itu.

Akhirnya tulisan itu bukan Sindhunata yang menulis tetapi diserahkan ke David Jenkins, jurnalis asal Australia. Begitu David menulis tulisan dengan bahan-bahan dari Pram yang dibawa Sindhunata, David Jenkins langsung diusir dari Indonesia.

Hal itu terungkap dalam diskusi singkat peluncuran buku di Omah Petruk, Harjobinangun, Sleman, Minggu (15/5/2022). Kegiatan itu merupakan perayaan 70 tahun sastrawan, jurnalis senior, dan rohaniawan, GP Sindhunata SJ.

Ada enam buku diluncurkan dalam diskusi itu, dimana lima buku itu karya romo Sindhu. Yakni, Jalan Hati Yesuit, Anak-anak Ignatius: Kontemplasi dalam Aksi, Sisi Sepasang Sayap, Anak Bajang Mengayun Bulan, serta Anak-anak Semar.

Buku karya Shindunata itu tentang sastra, religi, sepakbola, dan jurnalistik. Sementara satu buku lainnya adalah The Secrets of Sindhunata karya Simon H Rae.

Selain Sindhunata, diskusi yang dimoderatori Mirna itu menghadirkan Sutta Dharmasaputra (pemimpin redaksi Kompas) dan Sukardi Rinakit (staf khusus presiden). Mereka tak membahas satu persatu buku yang diluncurkan tetapi tentang proses kreatif seorang sastrawan, wartawan, dan juga rohaniawan.

“Sindhunata mulai menulis pada 1974. Pada awal menulis pernah ditolak Kompas karena tulisannya terlalu teoritis. Dari situ romo Sindhu kemudian ditawari menjadi jurnalis,” kata Sutta Dharmasaputra dalam paparannya.

Sutta menganggap Sindhunata sebagai role model dalam jurnalistik. “Setiap ada pelatihan jurnalistik di Kompas maka teknik mencari dan menulis gaya Sindhunata selalu diajarkan,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Sukardi Rinakit mengaku tulisannya dipengaruhi oleh Sindhunata. Ia mengatakan, dalam Jawa ada olah raga, olah jiwa, dan olah rasa. “Dan kini, menurut dia, romo Sindhunata sudah mencapai olah rasa,” kata Sukardi Rinakit.

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:kompas

Artikel Terkait