BAGI teman-teman yang berkutat di bidang NLP, Hypnotherapy, dan lain lain, tentu kata Somnabulism tidak asing. Kalau kita buka di mesin pencari salah satunya dapat arti : berjalan sambil tidur. Koq bisa berjalan sambil tidur? Dalam kaitan pikiran bawah sadar tentu sangat banyak, namun pada sharing kali ini bukan kita bahas kaitan PBS ya, kita akan sharingkan somnambulism dalam kaitan bisnis.
Dalam bisnis, banyak sekali pola model yang diikuti. Berbagai metode coaching dalam bisnis, konsultan, pendampingan, mentoring, dan lain-lain. Intinya dari perencanaan, eksekusi dan evaluasi. Dalam perencanaan akan sangat terkait dengan tujuan yang akan dicapai. 4W+H dalam mencapai tujuan bisnis menjadi sebuah rencana. (What, Where, When, Why, How). Proses selanjutnya yaitu eksekusi, dengan melaksanakan apa-apa yang sudah dirancang dalam rencana kerja. Dalam setiap etape pelaksanaan bisnis, maka dilakukan sebuah evaluasi.
Bagaimana jika binis berjalan dengan Somnabulism?
Masa bisnis berjalan sambil tidur. Ya sangat mungkin dengan berbagai alasan. Misal, sering sekali kita mendengar istilah bisnis autopilot. Bisnis yang berjalan dengan system yang baik. Pembagian tugas, kontrol dan evaluasi berjalan dengan sangat baik. Profit juga bagus. Sehingga bisa ditinggal-tinggal jalan-jalan, konon katanya bisnis tetap jalan.
Ada beberapa bisnis kalau diamati sedang terjadi Somnabulism itu karena bisnis sekedar flow it. Ikhtiar dalam optimalkan biasa-biasa saja, tidak memiliki tujuan peningkatan yang signifikan, dan lain lain. Ini terjadi bisa karena memang sudah give up, menyerah. Dengan kondisi bisnis yang sudah berjalan, begitu saja setiap waktu sehingga menyerah untuk melakukan perubahan. Bisnis berjalan apa adanya. Tanpa ada penyadaran banyaknya tuntutan perubahan baik internal maupun eksternal.
Sebagian lagi, berjalan dengan somnambulism yang sebenarnya. Bukan menyerah, bukan apatis. Tapi benar-benar pada posisi tidak mengetahui harus apa dan bagaimana. Untuk memulai sebuah perubahan, juga belum tahu akan diawali dari mana dan caranya bagaimana. Beberapa pelaku usaha, yang sangat sibuk dengan rutinitas, karena pelaku usaha “hangabehi”, semua hal dilakukan sendiri, menjadi jebakan terbanyak terjadi somnambulism. Pola fikir pada kotak operative, day to day pada aktivitas rutin, dalam jalankan usaha. Sementara sangat sempit terjadinya waktu dalam focus ke kaitan strategi usaha, seperti perencanaan waktu ke depan, dan lain-lain.
Antisipasi somnambulism seperti di atas, karena benar ketidaktahuan sangat perlu adanya perubahan perilaku, lingkungan, dan lain-lain. Misalnya, mulai akan alokasi waktu berfikir secara serius tujuan bisnis pada kurun waktu lebih panjang. Sebutlah pada 3-5 tahun mendatang. Memilih dan mengikuti seminar atau pelatihan terkait bisnis strategy. Sesekali aktif dalam komunitas usaha yang ada kaitan. Hal ini guna melihat dengan kaca mata usaha ke depan. Mendapatkan berbagai sumber perbandingan usaha lain secara real dari para pelaku usaha baik sejenis atau pun berbeda. Ini akan menumbuhkan stimulant ide harapan masa depan atau visi bisnis.
Setelah pemantik awal stimulan pengembangan bisnis muncul, maka dapat dikerucutkan dari rancangan awal membangun tangga capaian dalam bisnis. Hal ini sebagai awalan penyadaran, bahwa saat bisnis berjalan juga melihat sisi perkembangan kebutuhan. Ibarat seseorang yang tadinya berjalan sambil tidur (somnambulism), sekarang menjadi berjalan sambil dipenuhi kesadaran.(Yant Subiyanto, Cuat Consulting)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |