“Cacat atau tidak bukanlah ukuran kemampuan seseorang”
(Prof Dr dr Soeharso)
SEMARANG,LOKAWARTA.COM-Sebagai sebuah lembaga nirlaba yang mengedepankan kemanusiaan, usia 71 tahun merupakan perjalanan panjang, berliku, terjal dan membutuhkan stamina luar biasa. Sehingga mampu bertahan serta melewati titik titik rawan di dunia kesehatan yang pelik.
Bermula dari terjadinya wabah polio, yang menyebabkan kecacatan pada anak di awal kemerdekaan Indonesia, seorang ibu bernama Milono, istri Residen Semarang, tergerak hatinya untuk mendirikan Yayasan Pembinaan Anak Cacat disingkat YPAC pada 19 April 1954 di Semarang.
Langkah mulia ini tidak terlepas dari prakarsa Prof Soeharso, cikal bakal pendiri Rehabilitasi Center di Solo. Beliau memiliki jam terbang cukup tinggi dalam menanggulangi kecacatan phisik akibat sakit maupun kecelakaan.
Selain di Semarang, berapa kota di Indonesia juga mendirikan lembaga sejenis sehingga mencapai 16 cabang. Diantaranya Jakarta, Solo, Bandung, Surabaya, Malang, dan Jember. Sementara di luar Jawa, ada Aceh, Bali, Palembang, Padang, Pangkal Pinang, Ternate , Makassar dan Menado.
Perkembangan yang menggembirakan itu menunjukkan indikasi bahwa masyarakat telah memahami sila kedua dari Pancasila dengan benar, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sebuah organisasi yang bernafaskan kerelawanan (volunteerism) akan berusia panjang, bila kepengurusan yang mengendalikan organisasi itu memiliki unsur keikhlasan, kesabaran, ketulusan, inovatif, kreatif dan profesional. Boleh dikatakan sebagai organisasi, YPAC termasuk dalam kelompok organisasi swadaya, yang terbentuk karena adanya kepedulian untuk mengangkat harkat martabat manusia seutuhnya.
Menurut Edgar H. Stein (Psychology of Organization, 1982), suatu organisasi adalah koordinasi yang direncanakan mengenai berbagai kegiatan bersama melalui pembagian kerja dan fungsi berdasarkan tingkatan otoritas dan tanggung jawab. Dalam hal ini dengan kekuatan personil pengurus sebanyak lebih dari 20 orang utamanya perempuan sungguh menunjukkan kinerjanya yang excellent. Walaupun mereka tidak dibayar sepeser pun mulai bertugas sejak awal sampai purna.
Kehadiran para sesepuh seperti Prof Dr dr Hariyono Suyitno, SpA(K ), usia 93 tahun, ibu Kantiningsih Hariyono (89), ibu Widoretno Moelyono (83) tahun dan ibu Pranowo (76), dalam ulang tahun YPAC ke 71 di Semarang, Selasa (29/4/2025, itu membuktikan pengabdiannya tanpa pamrih selama lebih dari 50 tahun. Jarang ditemui di era serba digital tetapi nir nilai kemanusiaan, sebagaimana kita lihat saat ini. Para pengurus yang jauh lebih muda patut meneladani beliau beliau ini sebagai bekal menjalankan roda organisasi secara tuntas.
Selanjutnya publik pasti bertanya apa saja yang diberikan oleh YPAC sejak berdiri?
Berdasarkan informasi yang tertera dalam Profile YPAC, inilah pelayanan yang dimaksud :
- Rehabilitasi Institusi , berupa Pusat Rehabilitasi Anak Terpadu/ total care
- Rehabilitasi Medis, dimana dilakukan pemeriksaan awal oleh dokter spesialis dan psikolog
- Pelayanan poliklinik meliputi phisio terapi wicara dan therapi okupasi/ musik
- Rehabilitasi Pendidikan, berujud Sekolah Luar Biasa untuk penderita Tuna Daksa , cerebral palsy atau CP
Sementara ada SLB mulai SD, SMP sampai SMA. Para siswa diberi pendidikan kepramukaan dan kesenian - Rehabilitasi Pravokasional, siswa diberi ketrampilan menyulam, melukis, membatik khusus batik ciprat
Semua karyanya bisa dibeli oleh umum dan merupakan income bagi lembaga
Didukung oleh peralatan medis serba canggih, YPAC berteguh hati memberikan pelayanan prima pada masyarakat yang membutuhkan.
Selain itu masih ada program kemitraan dengan kalangan lain, baik di tingkat dinas kabupaten/kota/propinsi maupun kerja sama dengan institusi pendidikan umum, antara lain SMA, akademi, universitas, dan organisasi perempuan. Artinya, YPAC membuka diri sebagai tempat berlatih atau studi banding.
Agar wawasan menjadi lebih luas, YPAC juga bermitra dengan beberapa rumah sakit, perusahaan, lembaga perbankan.
Khusus di bidang pengembangan olah raga, penyandang disabilitas intelektual, YPAC telah bekerja sama dengan sebuah organisasi nir laba bernama SOINA/ Special Olympics Indonesia.
Pada saat kepemimpinan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jateng, SOINA didorong untuk lebih meningkatkan kerja sama, dengan menggandeng YPAC dan Djarum Foundation melalui pengiriman atlet diffable berlaga dikancah international. Ternyata berbuah manis dengan berhasilnya atlet tenis meja Yunika di Abu Dhabi pada tahun 2019 dan Novia di India pada tahun 2018.
Berbicara masalah generasi muda, hati saya tersentuh campur haru ketika menjabat tangan para pegawai pegawai muda berwajah cerah menjalankan tugasnya yang sangat tidak ringan. Mereka adalah idealis idealis muda yang patut diapresiasi, karena sesungguhnya mereka mampu memasuki dunia kerja yang prospektif secara finansial.
Kemanusiaan melebihi cita cita duniawi, yang oleh banyak orang dikejar tanpa memedulikan orang lain dengan mengubur empati sedalam dalamnya. Bagi para pekerja kemanusiaan, tujuannya bukanlah KEKUASAAN melainkan KESEJAHTERAAN UMAT MANUSIA
Semarang , 29 April 2025
Ny.Oeoel Djoko Santoso
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |