Sukses Berbisnis Gethuk Take, Edy Blangkon : Kerja Keras, Kerja Cerdas, dan Kerja Iklas…

18 Juni 2024, 10:44 WIB

TAWANGMANGU,LOKAWARTA.COM-Tak banyak yang kenal Edy Susanto (43), sebelum laki-laki yang suka pakai blangkon itu sukses berbisnis gethuk yang diberi brand Gethuk Take. Berikut perjalanan Edy Blangkon, dari seorang TKI yang bekerja di sebuah pabrik di Korea Selatan hingga dia sukses berbisnis gethuk, makanan rakyat yang berbahan baku singkong atau ketela pohon :

SEBAGAI seorang manusia yang tidak mau gagal dalam menjalani hidup serta ingin bermanfaat bagi orang lain, saya banyak belajar dari kehidupan. Saya tidak hanya belajar pada orang orang yang sukses saja, tapi saya juga belajar pada orang yang gagal agar kegagalan itu tidak menimpa pada diri saya.

Dari pengalaman yang saya dapat serta pengamatan yang saya lakukan, kegagalan teman-teman TKI atau pekerja migran Indonesia (PMI) itu adalah terjebak pada gengsi dan kehidupan yang hedonis. Gaji besar yang didapat selama bekerja di luar negeri tidak digunakan untuk persiapan ketika sudah purna atau pensiun, tapi lebih banyak untuk konsumtif, seperti membangun rumah yang besar dan mewah serta membeli mobil.

Kalaupun mau berbisnis, teman teman maunya langsung besar dan berharap langsung banyak untung, karena teman teman sudah terjebak pada gaya hidup yang wah. Mereka sewa tempat yang strategis di pinggir jalan dengan biaya mahal, tanpa dibarengi manajemen keuangan yang baik/sehat.

“Apa yang saya dapat sekarang ini, apa yang saya raih sekarang ini berkat pengalaman hidup yang saya peroleh selama bekerja di Korea Selatan, tentu saja disertai ketekunan, keuletan, dan tentu saja ndonga marang sing gae urip, berdoa pada Tuhan agar diberi rejeki yang melimpah dan barokah.”

“Bagi teman-teman yang mau ngangsu kawruh, belajar dari pengalaman hidup saya dipersilakan, pada dasarnya saya tidak pelit untuk berbagi ilmu, apalagi untuk kemajuan, kebaikan teman-teman sesama TKI atau Pekerja Migran Indonesia.”

Ceritanya begini. Tahun 2013, saya mulai bekerja sebagai TKI di Korea Selatan, setelah beberapa bulan mengikuti pendidikan/magang terlebih dulu di tanah air. Jujur saja, kepergiaan saya bekerja di Korea Selatan sebagai PMI, saya ingin penghidupan yang layak, mendapat gaji memper, gaji yang banyak.

Pertengahan Oktober 2013, saya tiba di Hwaseong, kota dimana tempat saya bekerja. Saya pilih bekerja sebagai TKI di Korea Selatan karena ada yang mengajak, selain itu gajinya juga lumayan besar dibanding bekerja di negara lain.

Dua bulan pertama bekerja di Pabrik Sinwoomtech, saya dibimbing oleh senior, baik bimbingan untuk melakukan pekerjaan yang menjadi tugas/pekerjaan saya, tata tertib/aturan perusahaan, maupun dalam komunikasi (bahasa). Menurut saya yang lulusan SMK jurusan mesin ini, bimbingan itu sangat penting dan berarti, apalagi saya baru pertama kali bekerja di luar negeri.

“Banyak yang saya dapat selama bekerja di Pabrik Sinwoomtech ini. Selain gaji cukup besar, perusahaan ini mengajari saya soal disiplin waktu, etos kerja yang tinggi, target pekerjaan yang maksimal, dan hasil pekerjaan yang berkualitas. Pengamalan ini sangat sangat berharga dan menjadi bekal penting ketika saya hidup mandiri, berwira usaha.”

Namun bimbingan selama dua bulan tidak cukup bagi saya, terutama soal komunikasi atau bahasa. Beberapa kali saya masih mengalami kesalahan tidak baik karena miskomunikasi atau komunikasi tidak nyambung. Misal, disuruh menutup pintu saya makah membuka, saya diminta menyalakan lampu malah mematikan. Belum lagi masih harus beradaptasi dengan musim/cuaca dan makanan.

Untung saja, di Hwaseong ada perkumpulan orang-orang Indonesia di berbagai perusahaan di Korea Selatan. Dari, perkumpulan itu, saya tidak hanya belajar masalah budaya soal komunikasi atau bahasa saja, tapi juga masalah budaya Korea Selataan, kuliner, pariwisata, dan lainnya. Kami kadang-kadang juga dolan bareng, berwisata bersama saat liburan.

“Yang lebih penting yang bisa dipetik dari perkumpulan itu adalah jiwa kebersamaan terbangun, rasa peduli pada sesama terjaga serta membangun jaringan. Modal sosial ini juga tidak kalah penting bagi saya sebagai bekal hidup mandiri.”

Pada paruh waktu bekerja di Pabrik Sinwoomtech, saya sadar bahwa saya tidak bisa begini terus. Karena itu, pada tahun 2016 saya minta istri saya yang tinggal di Tawangmangu Karanganyar Jawa Tengah Indonesia untuk mulai merintis usaha, membuka usaha.

Saat itu yang dipilih adalah berjualan gethuk. Usaha itu dipilih karena pada saat itu bahan bakunya murah dan mudah didapat selain itu, masih ada orang tua yang membimbing. Memang pada saat itu ada orang, tetangga atau kolega, mencibir : Opo iso urip soko dodolan gethuk. Tapi cibiran itu tidak saya ambil pusing bahkan menjadi cambuk bagi saya bahwa saya dan keluarga bisa urip soko dodolan gethuk.

Di tahun 2018, tepatnya 5 Mei, saya memutuskan untuk pulang kampung dan memilih tidak memperpanjang kontrak. Bagi saya, pengalaman saya bekerja di Pabrik Sinwoomtech sudah cukup sebagai modal hidup mandiri untuk berwirausaha, selain duit yang telah saya peroleh.

Di samping ingin berwira usaha, saya juga ingin kumpul dengan keluarga dan nggak kalah penting adalah bermanfaat bagi orang lain, bagi masyarakat sekitar. Sebab saya punya prinsip, urip iki urup, hidup itu harus bermanfaat bagi orang lain.

Setiba di kampung halaman, saya membantu istri berjualan gethuk. Awalnya, saya membantu secara online namun kemudian total terjun ke situ. Dengan pengalaman dari perusahaan dimana saya bekerja serta bergaul di komunitas di Korea Selatan, saya membesarkan bisnis gethuk yang diberi nama brand Gethuk Take.

“Saya belajar banyak dari perusaan ini
Mulai dari displin waktu, target, budaya, etos kerja, bimbingan, penghargaan bagi karyawan dan lainnya. Semua itu saya aplikasikan dalam bisnis saya, memproduksi gethuk. Ditambah kerja keras, kerja cerdas, dan kerja iklas, Alhamdulillah lancar, bisnis Gethuk Take menjadi besar.”

“Kini saya bisa mempekerjakan 30 orang yang semuanya masyarakat sekitar Tawangmangu. Lebih dari produksi singkong para petani di sini juga meningkat karena permintaan singkong sebagai bahan baku gethuk terus bertambah. Gethuk Take dalam bentuk frozen dengan berbagai variannya, tidak hanya beredar di Solo Raya saja, tapi juga sampai ke Semarang Surabaya Jakarta Bandung bahkan sudah saya juga kirim sampai Hongkong.”

Saya berpesan pada teman teman TKI yang bekerja di sini atau perusaan lainnya yang ada di Korea Selatan, jaangan hanya mencari uang saja. Carilah ilmu dan pengalaman baru sebanyak mungkin. Saya yakin, itu semua akan bermanfaat ketika kita sudah purna dan tidak bekerja lagi di sini.

Saya bepesan, rencanakan masa depan hidup kita dengan baik. Kalau sudah pensiun dan dapat uang banyak, jangan hanya mburu gensi, mambangun rumah mewah dan membeli mobil baru. Tabung dan imvestasikan uang yang kita dapat dengan cerdas untuk masa depan lebih baik. Terima kasih. (*)

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber :

Artikel Terkait