SOLO,LOKAWARTA.COM-UU Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, menjadi program yang digalakkan, bukan hanya industri besar, tapi juga merambah pelaku usaha rumah tangga, sektor mikro, UMKM dan UKM. Secara masive, pemerintah pun membantu pelaksanaan sertifikasi halal dengan subsidi dan gratis untuk produknya.
Saat ini masyarakat, memandang sisi sertifikasi halal bukan saja terkait agama, melainkan kebutuhan akan terjaminnya kebersihan, keamanan, dan kesehatan suatu produk. Artinya produk halal bukan saja menjadi pangsa pasar masyarakat muslim, jauh lebih luas lagi. Bahkan ini sudah menjadi pilihan gaya hidup sehat, bukan saja di Indonesia. Juga permintaan dunia akan produk halal ke depan, semakin meningkat.
Kunjungan Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin di kantor perwakilan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia / LPPOM MUI di Shanghai Al Amin Co. Ltd., Shanghai, Tiongkok, Senin (18/092023), menjadi sebuah awalan makin kuatnya produk luar negeri yang akan bersertifat halal. Standar halal dari LPPOM MUI diakui 50 Lembaga Sertifikasi Halal (LSH) di dunia.
Kantor Perwakilan LPPOM MUI, Shanghai Al Amin telah memfasilitasi perusahaan-perusahaan China untuk mendapatkan sertifikat halal dari Indonesia. Dan berbagai produk halal dari Tiongkok ini pun, sudah siap untuk melaju bersama produk halal lokal dalam negeri. Tantangan baru ini akan menjadi sangat penting diperhitungkan oleh pelaku usaha di Indonesia.
“Ya, Juli kemarin saya berkeliling di Sanya, Hainan, China. Dan melihat langsung bagaimana, produk usaha mikro, UMKM, UKM dengan kemasan, penyajian, yang sangat bagus. Harga sangat murah. Kalau ini sudah bersertifikat halal, dan masuk Indonesia, maka pelaku usaha di Indonesia harus lakukan cost down. Agar dapat harga yang kompetitif”, papar Yant Subiyanto.
Juli lalu, Yant Subiyanto sebagai Wakil Ketua Umum Ikatan Pesantren Indonesia (IPI), bersama Ketua Organsasi H. Rochmad Sugiarto dan Ketua Pariwisata DPP IPI Ustadz Aliful Adhim, sengaja berkunjung ke Hainan China untuk mendapatkan model dan inspirasi usaha yang dimungkinkan diterapkan dalam program One Pesantren One Product (OPOP).
Tantangan lakukan Cost Reduction Program (CRP) sehingga harga jual menjadi kompetitif menjadi prioritas utama. Baik sisi material, biaya proses, kemasan, pengiriman. Proses produksi yang sangat efisien dan sederhana di China, sangat bagus. Sehingga biaya pengeluaran dapat ditekan dengan sangat baik.
Kalau usaha dilakukan dengan tingkat efisien dan produktivitas rendah, maka akan sangat tinggi dalam biaya-biaya yang timbul. Harga melambung dan tidak dapat berkompetisi. Hal ini dapat menyebabkan produk dalam negeri akan semakin tenggelam. Masyarakat sebagai konsumen akan mengutamakan kualitas dan tentu tanpa tinggalkan faktor harga, bahkan sebagai hal utama.
Tantangan ini, memang bukan hal baru. Namun dengan semakin dikampanyekan produk luar negeri dengan kualitas bagus dan murah, masuk ke dalam negeri, ini bahaya. Sangat berbahaya jika para pelaku usaha dalam negeri tidak lakukan pembenahan secara masive. Perlu sekali belajar untuk peningkatan. Scale up dari sisi usaha. Baik berkenaan SDM, material, sistem kelola, pengemasan, pengiriman dan penjualan. Sisi branding yang sangat kuat, menjadi bagus. Dan lebih bagus dengan peningkatan semua hal diatas.
“Selamat berselancar pada dunia baru, yang awalnya sertifikat halal banyak dimiliki produk dalam negeri, sebagai satu faktor pemenangan persaingan. saat sekarang sertifikasi halal akan menjadi hal umum, yang semua produk akan memiliki dan bukan lagi sebagai nilai faktor pememangan persaingan. Harus memiliki nilai-nilai lain sebagai penguat faktor pemenangan,” kata Yant yang juga pengurus Kadin Karanganyar.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |