LOKAWARTA.COM,JOGJA-Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta membangun Cage-free Innovation and Welfare Hub di Indonesia.
Pembangunan pusat pelatihan internasional dan peternakan model untuk produksi dan manajemen telur cage-free itu hasil kerja sama dengan Global Food Partners dan Aeres University of Applied Sciences Belanda.
Pusat Inovasi dan Kesejahteraan Bebas Kandang Baterai di Kalijeruk, Yogyakarta itu adalah yang pertama di Indonesia dan Asia Tenggara. Sistem cage-free yang dibangun adalah hybrid closed house untuk 3.000 ekor ayam petelur.
“Cage-free Innovation and Welfare Hub ini akan menjadi yang pertama di Indonesia dan Asia,” kata Nuggehalli Jayasimha, COO dan Co-Founder Global Food Partners, usai peletakan batu pertama, Selasa (7/6/2022).
“Pusat pelatihan ini akan mempertemukan produsen telur dan pemangku kepentingan industri lainnya untuk meningkatkan keberlanjutan jangka panjang dan daya saing industri telur di Indonesia dan di Asia.”
“Kami akan memberikan praktik terbaik dalam manajemen dan produksi bebas kandang baterai, menjadi model peternakan bagi produsen bebas kandang, dan sebagai pusat penelitian dan pengembangan.” kata Nuggehalli Jayasimha, dalam rilis yang dibagikan pada media.
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Budi Guntoro Ph.D berterima kasih atas kerja sama berbagai pihak yang terlibat dalam pembangunan pusat pelatihan tersebut.
“Kami berharap dapat menjadi tuan rumah pusat pelatihan ini, yang akan menjadi sarana pembelajaran utama untuk produksi telur bebas kandang baterai bagi masyarakat, terutama mahasiswa, dosen, peneliti, peternak, dan industri. Tak hanya dari Indonesia tetapi juga dari luar negeri.”
Dikatakan, GFP dan Aeres memberi dukungan teknis dan operasional untuk peternakan model dan pusat pelatihan bebas kandang baterai, menggunakan peralatan, teknologi, dan ahli terbaik.
“Saya optimistis bahwa sentra ini akan menjadi model untuk produksi bebas kandang baterai yang dapat direplikasi oleh peternak lokal di Indonesia,” jelasnya.
Ya, sebagai produsen telur terbesar ke-7 di dunia, peternak Indonesia mencari dukungan produksi telur cage-free agar tetap kompetitif dalam memenuhi permintaan telur cage-free yang terus meningkat di Indonesia dan Asia.
Belakangan diketahui, pelaku usaha food and beverages (F&B) mulai melirik telur cage-free sebagai bahan baku makanan olahan. Alasannya, telur cage-free memiliki cita rasa dan kualitas yang lebih baik.
Telur cage-free adalah telur yang dihasilkan dari ayam yang bebas sangar, berbeda dengan telur dari peternakan kandang baterai atau ayam kurung dalam kandang sempit.
Sebab, biasanya ayam yang terkurung dalam kandang sempit sulit bergerak, bahkan sulit mengepakkan sayap. Kondisi itu dinilai tidak sehat bagi pertumbuhan ayam yang berpengaruh pada kualitas telur.
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |