HARI ini, tanggal 9 Februari, Hari Pers Nasional (HPN) diperingati. Tantangan yang dihadapi pers di era kemajuan teknologi semakin besar. Perkembangan teknologi melesat jauh, sehingga membuat insan pers gelagapan.
Pers mainstream (arus utama), terutama media cetak tertatih – tatih berhadapan dengan pers digital (media online) yang kini menjamur. Tapi masih banyak yang percaya bahwa pers konvensional (media mainstream) akan tetap bisa eksis, berusaha bertahan, meski harus memadukan dengan pers digital.
Dan pers digital terus melaju, seperti tak terkejar. Insan-insan pers (baca : wartawan lapangan) berusaha keras mengikuti arus perkembangan. Generasi tua yang masih punya semangat tinggi berusaha untuk maju tak mau ketinggalan. Stigma gaptek harus disingkirkan. Belajar….belajar dan terus belajar.
Generasi muda yang masih segar – bugar, juga harus lebih giat belajar. Kita tidak boleh kalah dengan sosmed. “Wartawan2” sosmed sedang berusaha mengambil alih ladang kita. Rapatkan barisan untuk memagari ladang kita.
Jika kita tetap menjunjung tinggi nilai – nilai jurnalistik, pada saatnya, berita berita yang dilansir sosmed tidak akan laku. Masyarakat akan kembali mencari kita. Mencari produk informasi dari insan-insan pers yang berkualitas, yang tetap menjunjung tinggi nilai – nilai jurnalistik.
Pers harus tetap menjadi salah satu PILAR DEMOKRASI INDONESIA.
Selamat HPN 2025. (Subakti Sidik, mantan Kepala Biro Suara Merdeka Solo).
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |