LOKAWARTA.COM,SOLO-Sempat terjadi kerumunan massa, desak-desakan, dan aksi dorong dalam pembagian paket sembako murah dalam pasar murah di kantor Kecamatan Jebres Solo, Senin (7/11/2022), berjalalan lancar.
Desak-desakan terjadi, meski tidak sampai rebutan, lantaran masyarakat penerima paket sembako itu khawatir kalau sembako yang dibagikan di pasar murah yang digelar Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) itu habis.
Selain itu, pembukaan pasar murah juga menjadi faktor penumpukan warga yang akan mengambil paket sembako yang berisi beras premium 5 kg gula 1 kg minyak 1 liter, dan teh. Paket sembako senilai Rp 100.000 itu ditebus dengan harga Rp 25.000 saja.
“Saya datang ke kantor kecamatan ini tadi jam tujuh pagi, takut kehabisan eh dapat jatah pembagian jam setengah sepuluh,” kata Sugiarto (54), warga Kampung Sewu Kecamatan Jebres.
Bagi Sugiarto dan ribuan warga Kecamatan Jebres lainya, paket sembako murah tersebut sangatlah berarti. Apalagi dalam situasi sulit pasca pandemi covid-19 dan kridis global, dimana harga berbagai kebutuhan naik.
Di luar Kecamatan Jebres, empat kecamatan lainnya di Kota Solo juga menggelar bazar. Masing-masing kecamatan, yakni Jebres, Serengan, Laweyan, dan Pasar Kliwon mendapat kuota 3.070 paket, kecuali Kecamatan Banjarsari sebanyak 3.078 paket.
Selain menggelar pasar murah dengan membagikan 15.358 paket sembako untuk lima kecamatan, TPID Kota Surakarta membagikan 9.000 bibit tanaman cabai kepada warga.
“Kegiatan bazar atau pasar murah ini adalah salah satu upaya untuk menekan atau mengendalikan inflasi di Kota Solo,” kata Wakil Wali Kota Teguh Prakosa, sekaligus ketua TPID Kota Surakarta, di sela-sela bazar di Kantor Kecamatan Jebres.
Hadir dalam kesempatan itu para pejabat Forkompinda, seperti Kapolresta, Kajari, dan Komandan Kodim setempat. Hadir pula Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo Nugroho Joko Prastowo, sekaligus wakil ketua TPID Kota Surakarta. Belakangan, Wali Kota Gibran Rakabuming Raka juga hadir.
Kepala Kantor Perwakilan BI Solo Nugroho Joko Prastowo menambahkan, selain pasar murah atau pembagian paket sembako murah, ada beberapa hal yang mesti dilakkukan untuk mengendalikan atau menekan angka. inflasi.
Yakni, memutus rantai distribusi bahan pokok dengan bekerja sama langsung pada produsen penghasil produk pertanian beras, cabai, bawang merah, dan lainnya.
“Ini penting karena Kota Solo tidak punya lahan dan berbagai produk pertanian masih bergantung daerah sekitar,” kata Joko.
Selain itu, lanjut Joko, perlunya mengubah budaya perilaku atau budaya makan. Misal, kalau tidak ada daging atau ikan, bisa makan dengan tempe atau tahu yang kandungan gizinya tidak jauh.
Perubahan perilaku juga bisa dilakukan dengan perubahan dari konsumen menjadi produsen. “Misal begini, bagi yang dayan makanan pedas, tak perlu terus membeli di pasar tapi bisa menanam sendiri di pot,” katanya.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |