UMKM, Titik Permulaan Investasi di Pedesaan

8 Juli 2022, 08:12 WIB

DALAM kondisi perekonomian yang terpuruk akibat bencana global pandemi covid-19, beragam sektor bisnis mengalami kerugian, terutama di awal-awal masa pandemi. Bahkan, tidak sedikit sektor bisnis yang harus gulung tikar dan tidak mampu untuk menjalankan roda usahanya. Dalam kondisi yang sedemikian sulitnya itu, ternyata terdapat sektor bisnis yang mampu survive dengan berbagai kreativitas bisnis yang dijalankan sehingga mendorong kebangkitan roda perekonomian di Indonesia. Sektor bisnis tersebut adalah sektor bisnis usaha mikro kecil dan menegah (UMKM).

Sektor perekonomian di wilayah Provinsi Jawa Tengah juga tidak luput dari dampak pandemi covid-19 ini. Dari 4,1 juta pelaku UMKM yang ada di Jawa Tengah, sekitar 52,98% diantaranya mengalami kendala pemasaran sebagai dampak lanjutan pandemi covid-19 ini. Selain itu, terdapat sekitar 30,24% pelaku UMKM yang terkendala dalam permodalan, akibat arus perputaran bisnis yang tersendat sebagai dampak lanjutan pandemi covid-19.

Data Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah menyebutkan, terdapat 44.338 pelaku UMKM yang terdampak wabah covid-19. UMKM yang paling banyak terdampak pandemi covid-19 adalah UMKM yang bergerak di sektor usaha makanan dan minuman yang terdampak hingga mencapai 65,33%. Sedangkan UMKM sektor perdagangan yang terdampak pandemi covid-19 hingga mencapai 16,40% dan sisanya sebesar 6,93% adalah para pelaku UMKM sektor jasa.

Data Klasifikasi UMKM di Jawa Tengah tahun 2022 :

  1. Klasifikasi : Mikro
    Naker Laki-laki : 121.892
    Naker Perempuan : 39.171
    Jumlah UMKM : 127.014
  2. Klasifikasi : Kecil
    Naker Laki-laki : 4.702
    Naker Perempuan : 3.743
    Jumlah UMKM : 9.370
  3. Klasifikasi : Menegah
    Naker Laki-laki : 767
    Naker Perempuan : 708
    Jumlah UMKM : 50
  4. Data Belum Lengkap
    Naker Laki-laki : 7.881
    Naker Perempuan : 268
    Jumlah UMKM : 5.106

TOTAL
Naker Laki-laki : 127.361
Naker Perempuan : 43.622
Jumlah UMKM : 141.540

(Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Prov. Jateng, 2022)

Berdasarkan data UMKM per klasifikasi, jumlah pelaku UMKM di Jawa Tengah yang terbanyak adalah pelaku usaha mikro, dengan kemampuan menyerap tenaga kerja sebanyak 121.892 laki-laki, dan 39.171 perempuan. Sedangkan total jumlah pelaku UMKM di Jawa Tengah sebanyak 141.540 UMKM dengan kemampuan menyerap tenaga kerja sebanyak 127.361 tenaga kerja laki-laki dan 43.622 tenaga kerja perempuan.

Meski para pelaku UMKM terdampak pandemi covid-19, namun Data Kementerian Koperasi dan UKM mencatat bahwa jumlah sektor bisnis UMKM di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 64,19 juta dengan tingkat partisipasi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 91,97 persen atau senilai Rp8,6 triliun. Peran UMKM terhadap perbaikan perekonomian di Indonesia bukan hanya sampai disini saja, bahkan sektor UMKM ini mampu menyerap 97 persen tenaga kerja dan mengintegrasikan investasi sebesar 60,4 persen.

Terdapat beberapa alasan yang mendasar mengapa UMKM menjadi pilar ekonomi bangsa dan negara dalam situasi yang serba sulit akibat terdampak pandemi covid-19, sebagaimana ditulis dalam buku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Karya Tulus Tambunan diantaranya ;

1) Pelaku bisnis UMKM sangat banyak jumlahnya dan tersebar diberbagai wilayah, baik kota, desa, maupun daerah terpencil sekalipun.
2) Kualitas dan kreativitas para pelaku bisnis UMKM memiliki potensi untuk menyerap tenaga kerja baru serta mendongkrak peningkatan pendapatan bagi para pelaku usaha UMKM.
3) Sebagian besar lini usaha UMKM yang dikelola oleh masyarakat adalah sektor pertanian, sehingga secara tidak langsung menjadi aset pendukung pembangunan negara.
4) Pelaku bisnis UMKM tidak dituntut memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga masyarakat Indonesia dengan berbagai level pendidikannya mampu menjadi pelaku usaha UMKM ini.
5) Bisnis UMKM terbukti mampu survive ketika terjadi krisis global di Indonesia yang berdampak terjadinya inflasi yang berlebihan pada tahun 1997/1998.
6) Bisnis UMKM menjadi titik permulaan investasi di pedesaan sekaligus wadah padat karya untuk meningkatkan kemampuan berwiraswasta.
7) Produk yang dihasilkan oleh para pelaku bisnis UMKM relatif lebih murah, sehingga pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia dapat dialihkan menjadi tabungan.
8) Jenis usaha UMKM sangat fleksible dan beragam.
9) Bisnis UMKM memiliki kemampuan beradaptasi dengan cepat mengikuti perkembangan zaman.

Mengingat peran vital UMKM terhadap perekonomian, maka berbagai upaya telah dilakukan agar UMKM tetap survive dan eksis, diantaranya :

*) Memberikan pelatihan, bimbingan teknis dan peningkatan literasi digital bagi para pelaku UMKM, sehingga mampu membuka pasar baru secara online.
*) Membuka corner UMKM di berbagai kantor pemerintah untuk memperkenalkan sekaligus memasarkan produk para pelaku UMKM.

Sinergi bersama Pemerintah Daerah, Bank Penyalur dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang menyalurkan kredit ultra mikro dalam mengelola pembiayaan kredit program serta bersama-sama memberikan pendampingan kepada para pelaku UMKM sehingga bisa tetap bertahan dan semakin berkembang pesat usahanya pasca pandemi covid-19, bahkan memiliki kemampuan untuk dapat mengakses dana APBN melalui Digipay marketplace dan naik kelas dengan produk barang dan jasa yang berkualitas serta memiliki daya saing yang tinggi.(***)

(Dr Suparjito, Analis Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran IIC Senior Kanwil DJPb Jawa Tengah, Dosen Praktisi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret Surakarta).

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber :

Artikel Terkait