Puncta 16 Juli 2024
Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih,
Suci lahir dan di dalam batin.
Tengoklah ke dalam sebelum bicara,
Singkirkan debu yang masih melekat. ho-ooo
Singkirkan debu yang masih melekat.
Dududu-dudu
Dududu-du, hooo
Ho-o, hooo, ho-oo
Anugerah dan bencana adalah kehendak-Nya.
Kita mesti tabah menjalani.
Hanya cambuk kecil agar kita sadar,
Adalah Dia di atas segalanya, oh-oh
Adalah Dia di atas segalanya.
Anak menjerit-jerit, asap panas membakar,
Lahar dan badai menyapu bersih.
Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah.
Lirik lagu Ebiet G. Ade di atas mau mengingatkan kita agar sadar dan bertobat. Tuhan memberikan anugerah dan bencana sebagai cambuk kecil agar kita sadar dan percaya kepada-Nya.
Bencana-bencana di sekitar kita hanyalah cambuk peringatan agar kita mendekatkan diri dan mengikuti kehendak-Nya. Tanah longsor, banjir bandang, tsunami, gempa bumi, dan hawa panas membakar harus membuat kita sadar untuk tidak merusak alam sewenang-wenang.
Yesus memperingatkan penduduk kota Khorazim, Betsaida dan Kapernaum yang tidak mau bertobat. “Celakalah engkau Khorazim. Celakalah engkau Betsaida. Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.”
Peringatan-peringatan Tuhan disampaikan agar mereka mau bertobat, membuka hati dan percaya bahwa Mesias sudah datang.
Tetapi orang-orang tidak mau menanggapi peringatan keras dari Tuhan. Kita mesti banyak berbenah dalam relasi kita dengan Tuhan, sesama dan alam lingkungan hidup kita.
Jangan menunggu terjadi bencana hebat, baru kita sadar.
Marilah kita mulai menyadari bahwa harus kembali sujud runduk pada-Nya dan memelihara alam semesta ini untuk makin memuliakan-Nya.
Alam selalu mengingatkan kita,
Dengan tanda-tandanya yang dasyat.
Yesus mengecam warga kota-kota,
Supaya terbuka dan mau bertobat.
Cawas, membuka diri untuk pembaharuan hati
Alexander Joko Purwanto Pr
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | sesawi.net |