SOLO,LOKAWARTA.COM-Air bisa menjadi alat perdamaian, mengingat lebih dari 3 miliar manusia di muka bumi ini bergantung pada air lintas batas negara.
Sayangnya, kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai / BBWS Bengawan Solo Maryadi Utama, baru 24 negara yang memiliki perjanjian kerja sama terkait penggunaan air. Padahal, iklim dan pertumbuhan populasi akan semakin meningkatkan urgensi kerja sama global untuk melindungi dan melestarikan sumber daya air.
“Tahun ini, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memilih tema Water for Peace atau Air untuk Perdamaian dalam memperingati Hari Air Dunia tanggal 22 Maret 2024. Fokus adalah kompleksitas isu air global yang dapat menciptakan perdamaian maupun konflik,” kata Maryadi.
Hal itu dia katakan ketika memberi sambutan dalam Water Talk bertajuk “Infrastruktur Air dan Krisis Iklim” di kampus Universitas Surakarta, Jumat (22/3/2024), dalam rangka peringatan Hari Air Dunia.
Lebih lanjut Maryadi mengatakan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sistem pangan dan energi, produktivitas ekonomi dan lingkungan, semua terkait erat pada siklus air yang dikelola secara adil dan berfungsi dengan baik.
Karena itu, tema “Air untuk Perdamaian” diharapkan mampu mendorong kolaborasi internasional guna menciptakan dampak positif, memperkuat harmoni, meningkatkan kemakmuran, serta membangun ketahanan dalam menghadapi tantangan bersama.
Semua negara perlu menyadari bahwa air bukan hanya sumber daya yang dapat diperebutkan, tetapi juga hak asasi manusia yang melekat pada setiap aspek kehidupan.
“Dengan kerja sama dan dialog diharapkan dapat menciptakan kondisi di mana air menjadi alat perdamaian, bukan pemicu konflik. Hari Air Dunia 2024 akan menandai kesadaran global akan pentingnya air untuk perdamaian dan keberlanjutan,” tandasnya.
Dialog Water Talks untuk menggalang dukungan dan kerja sama para pemangku kepentingan. Seperti pemda, masyarakat peduli lingkungan, perguruan tinggi, mahasiswa, BUMD, asosiasi, dan aktivis, dalam mencapai tujuan Air untuk Perdamaian.
Kegiatan itu merupakan kolaborasi antara BBWS Bengawan Solo, Balai Teknik Sungai, dan Universitas Surakarta yang membahas urgensi kerja sama lintas sektor dalam menjaga perdamaian melalui pengelolaan air yang berkelanjutan.
“Kami mengundang berbagai nara sumber terkait dengan latar belakang peran berbeda dalam pengelolaan sumber daya air untuk menghadapi krisis iklim seperti stakeholder terkait, lembaga swadaya masyarakat, dan civitas akademika,” jelasnya.
Dalam.sambutannya, Rektor Universitas SurakartanAstrid Widayani mengatakan, Unsa telah menjalin kolaborasi yang baik antar BBWS dan Balai Teknik Sungai, sehingga kerja sama lintas sektor itu diharapkan dapat menjaga perdamaian melalui pengelolaan air yang berkelanjutan.
Selain itu pihaknya juga mendukung tiga pesan kunci, bagaimana air dapat memicu konflik maupun membawa perdamaian, bagaimana kemakmuran dan perdamaian bergantung pada air, serta bagaimana air dapat membawa masyarakat keluar dari krisis.
“Unsa dengan Universitas lain akan mendukung tiga pesan kunci dalam hal ini, yang pertama air dapat memicu konflik maupun membawa perdamaian, bagaimana kemakmuran dan perdamaian bergantung pada air, dan bagaimana air dapat membawa kita keluar dari krisis,” katanya.
Peringatan hari air, menurut Astrid, secara filosofi, juga mengingatkan pentingnya kepedulian dalam menjaga lingkungan khususnya pengelolaan air, pengembangan, dan pemerataan infrastruktur yang akan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bersama.
“Ketika kita beranggapan air dapat membawa perdamaian, maka harus dimulai dari pemikiran kita, bahwa sifat air yang fleksibel dan adaptif. Sehingga kita memahami filosofi air ini bahwa menjaga lingkungan, khususnya bagaimana pengelolaan air, pengembangan, pemerataan infrastruktur air itu penting, sebab akan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bersama,” pungkasnya.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |