GEDUNG Wayang Orang Sriwedari terletak di tengah Kota Solo, tepatnys di Jalan Kebangkitan Nasional, Sriwedari. Gedung itu didirikan pada 10 Juli 1911 oleh kelompok budaya komersial pertama bidang seni wayang orang.
Namun penyelenggaraan pertunjukan wayang orang secara komersial baru dimulai 1922 dengan maksud untuk mengumpulkan dana bagi kongres kebudayaan.
Awalnya Wayang Orang Sriwedari diadakan di komplek Candi Mangkunegaran. Namun pada 1896 terjadi krisis ekonomi setelah kematian Mangkunegaran V yang karena sakit.
Akibatnya banyak dalang diberhentikan. Namun demikian, pertunjukan tetap dilakukan tapi keliling dari desa ke desa.
Kini Wayang Orang Sriwedari kembali aktif dalam pementasan dengan jadwal main setiap Senin-Sabtu pukul 19.30 – 23.00 dengan tiket masuk Rp. 10.000 per orang.
Temanya berbeda-beda tiap hari agar masyarakat tidak mudah bosan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, khususnya kalangan muda yang ingin tahu dan mempelajari sejarah wayang.
Gedung wayang orang mampu menampung 500 penonton dan sekarang sudah ditingkatkan kapasitasnya menjadi 1.000 penonton.
Nah, Sabtu (14/1/2023) digelar Wayang Orang dengan judul Srikandhi Gugur. Lakon itu menceritakan tentang Aswatama yang ingin maju di medan perang menghadapi pasukan Pandawa, namun sang ayah, Resi Durna, mencegahnya.
Resi Durna meminta putranya meninggalkan medan perang, Resi Durna menjadi senopati Kurawa menghadapi Prabu Drupada yang menjadi senopati Pandawa.
Karena tidak terima ucapan ayahnya, terjadilah pertempuran antar keduanya dan dimenangkan oleh Resi Durna. Dewi Drupadi, Srikandhi, dan Dwasta Jumpena menangisi kematian ayahnya Prabu Drupada, Srikandhi murka segera mencari Resi Durna memerintahkan Dwasta Jumpena membantu kakaknya Srikandhi.
Dwasta Jumpena yang sedang berjaga – jaga kedatangan Kartamama dan Aswatama yang ingin membalas dendam atas kematian Resi Durna. Terjadilah peperangan diantara mereka, Dwasta Jumpena tewas ditangan Aswatama.
Dalam pentas itu, ramai pengunjung dan mereka terlihat mereka sangat atusias. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua duduk dengan tenang menyaksikan pertunjukan.
Besar harapan para pegiat Wayang Orang Sriwedari, semoga dengan adanya pertunjukan yang rutin itu menambah minat warga Solo maupun yang mengunjungi Solo untuk tidak melupakan sejarah kesenian wayang orang, terutama para anak muda yang akan meneruskan generasi. (Kenar Abhinaya Janitra, Jurusan Film dan Televisi ISI Surakarta)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |