Wibisana

25 Januari 2024, 12:02 WIB

Puncta 25.01.24

DALAM kisah Ramayana, Gunawan Wibisana adalah tokoh protagonis yang melawan kakaknya sendiri yakni Rahwana. Wibisana tidak berpihak kepada saudaranya karena bertindak melanggar kebajikan.

Rahwana menculik Sinta, istri Ramawijaya. Wibisana mengingatkan kakaknya agar menyerahkan Sinta kepada Rama, suaminya. Namun usul ini ditentang oleh Rahwana dengan marah.

Karena Wibisana berpegang pada kebenaran, maka ia meninggalkan Rahwana dan berbalik mengikuti Rama yang berada di pihak yang benar. Wibisana membelot dan menjadi penasehat Rama untuk menyerang Alengka.

Sejak muda Wibisana lebih memilih ilmu kebijaksanaan. Ketika bersama sama kedua kakaknya, Rahwana dan Kumbakarna bertapa, mereka berdua meminta kesaktian bisa mengalahkan dewa.

Gunawan Wibisana bersikap lain. Ia justru meminta agar selalu berada di jalan kebenaran atau darma. Ia tidak minta diberi kesaktian, kuasa atau ketenaran, tetapi minta diberi kebijaksanaan.

Ia lebih memilih berada di pihak kebenaran yakni Rama dan berjuang melawan kejahatan yang mempribadi dalam diri Rahwana.

Saulus adalah seorang pemuda Yahudi yang taat dan hidup menurut tata aturan dan adat istiadat Yahudi yang ketat.

Ia adalah penjaga hukum yang keras. Ia mengejar, menangkap pengikut Kristus dan memenjarakan mereka.

Namun tindakan itu tidak membuatnya menemukan kebahagiaan dan keselamatan. Ia “ditangkap” oleh Kristus dalam penglihatan di Damsyik.

Ia mendapatkan penglihatan dan pengalaman rohani yang istimewa dengan Yesus Kristus.

Sejak peristiwa di Damsyik itu, Saulus berubah. Ia tidak lagi membenci murid-murid Kristus, tetapi justru menjadi murid-Nya yang radikal.

Ia bukan lagi Saulus, tetapi Paulus, pewarta Injil Yesus Kristus yang handal. Ia pergi kemana-mana mewartakan Yesus Kristus dan ajaran kasih-Nya.

Yang dahulunya membenci dan memusuhi, sekarang menjadi pengikut yang fanatik. Kata-katanya yang menggelora sampai sekarang adalah, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan,” dan “Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil.”

Belajar dari semangat Paulus ini, apakah kita juga punya semangat yang berkobar dalam mengikuti Kristus, ataukah kita sudah merasa diselamatkan Tuhan, lalu tidak berbuat apa-apa lagi, tidak berani menjadi saksi Kristus?

Dari Tayap ke Simpang Dua,
Singgah makan durian di Sei Daka.
Ayo pergi ke seluruh dunia,
Mewartakan Injil kepada segala bangsa.

Cawas, bertobat seperti Paulus..
Alexander Joko Purwanto Pr

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber : sesawi.net

Artikel Terkait