SOLO,LOKAWARTA.COM-Sembilan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tunas Pembangunan (FEB UTP) Surakarta yang duduk di semester 6 lolos Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha atau P2MW.
P2MW merupakan program pengembangan usaha mahasiswa yang telah memiliki prototipe produk atau sudah menjalankan usaha. Direktorat Belmawa, Ditjen Diktiristek memberikan kesempatan kepada mahasiswa aktif tingkat sarjana yang memenuhi syarat untuk mengikuti program P2MW.
Program P2MW juga memfasilitasi bagi mahasiswa yang telah mengikuti Program Wirausaha Merdeka (WMK) dan Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) sebagai pembinaan lanjutan Direktorat Belmawa, Ditjen Diktiristek.
FEB UTP menunjuk tiga dosen yang terpilih sebagai dua DPL (Dosen pendamping lapangan) yaitu Kurniawati Darmaningrum dan Dr Rini Adiyani serta 1 dosen yang ditunjuk sebagai mentor, Dr Susilaningtyas Budiana Kurniawati.
Menurut Dr Rini, visi misi FEB UTP untuk mendukung mahasiswa agar bisa berkecimpung di dunia usaha sebagai entrepreneur sangat cocok dengan program P2MW.
“Kami ingin membuka mindset teman-teman mahasiswa agar setelah lulus tidak hanya gelar sarjana manajemen atau sarjana akuntansi saja yang melekat tapi mereka bisa berwirausaha tanpa harus mencari pekerjaan tapi bisa menciptakan pekerjaan,” kata Dr Rini dalam siaran pers, Jumat (31/5/2024).
“Jangan sampai lulus sarjana tapi nganggur, paling tidak bisa menghidupi diri mereka sendiri Pada tahun 2027 Indonesia akan dikuasai oleh generasi muda di usia 18-40 tahun untuk bersaing mencari pekerjaan.”
Kurniawati Darmaningrum yang juga DPL menambahkan, keikutsertaan FEB UTP dalam P2MW ini karena sebelumnya beberapa mahasiswa sudah mengikuti program Wirausaha Merdeka (WMK) di 2023,jadi P2MW ini sebagai program lanjutan dari WMK.
Dari lima kelompok yang mengirimkan proposal, dua diantaranya lolos, yaitu kelompok always printing, anggotanya lima mahasiswa yang didampingi Dr Rini dan Batik Inar yang didampingi Kurniawati yang jumlah anggotanya 4 mahasiswi.
“Untuk yang batik kami fokus menggunakan bahan-bahan zero waste seperti kain perca. Jadi 90% mahasiswa saya minta menggunakan bahan-bahan daur ulang, yang tidak mencemari lingkungan tapi bisa bernilai jual,” jelas Kurniawati.
Menurut Kurniawati P2MW lebih challenging bagi dosen pendamping maupun mahasiswa sebagai pelaksana. Di P2MW mahasiswa sudah memiliki produk, tapi mereka harus belajar menguasai strategi pemasaran dan pengembangan produknya. Dana yang diberikan empat kali lebih besar dari WMK.
“Periode P2MW ini cukup panjang hingga Sepetember 2024, nanti di Bulan Oktober ada expo di Kendari. Kami bertiga berharap universitas bisa mensupport kami dan mahasiswa untuk bisa mengikuti expo di Kendari. Di sana nanti para mahasiswa bisa mencari relasi, jejaring serta wawasan akan lebih terbuka lagi tentang dunia wirausaha,” jelas Kurniawati.
Ditemui ditempat yang sama, Dr Susilaningtyas Budiana menceritakan tugasnya selaku mentor, Yaitu melakukan pendampingan, khususnya dalam administrasi dan pelaporan keuangan atau yang berkaitan dengan anggaran. Pihaknya berharap, di tahun berikutnya ada 10 kelompok yang bisa lolos ke P2MW.
“Saya setuju dengan pendapat Ibu Kurnia, tidak hanya mahasiswa yang belajar tapi kami para dosen baik DPL maupun mentor juga belajar, jadi ini tantangan bagi kami semua,” kata Dr Tyas, begitu dia akrab disapa.
“Saya berharapnya tahun depan bisa 10 kelompok yang lolos. Karena permulaan tahun ini 2 yang lolos juga sudah cukup baik,” paparnya.
Dr Tyas dan tim berharap, dengan lolosnya dua kelompok dari FEB UTP, pihak universitas bisa membuat incubator bisnis. Karena pada dasarnya incubator bisnis di kampus ikut mempererat terciptanya sejumlah wirausahawan baru dan memiliki jiwa entrepreneur sejati dan juga tangguh, sehingga mampu mengelola usaha secara mandiri.
“Jika kelak kita bisa menciptakan incubator bisnis di UTP tentu akan sejalan dengan visi misi dan tri ciri UTP bagaimana mencetak calon calon wirausahawan atau entrepreneur yang memiliki jiwa patriot, pelopor dan mandiri. Selain itu juga kita bisa jadi host atau tuan rumah untuk program WMK maupun P2MW,” kata Dr Tyas.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |