BADAI perbankan global semakin kencang. Sejumlah bank besar dunia, termasuk di Indonesia, telah melakukan penutupan kantor pelayanan dan PHK karyawan.
Berdasarkan data yang dihimpun CNBC Indonesia, setidaknya ada 15 bank besar global yang telah melakukan penutupan kantor pelayanan dan PHK karyawan sejak awal tahun 2023. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan meningkatnya risiko resesi dunia.
Di Amerika Serikat, salah satu bank terbesar di dunia, JPMorgan Chase, telah mengumumkan akan menutup 13 kantor pelayanan di AS dan Kanada. Bank ini juga berencana untuk memangkas 18.000 karyawannya. Di Eropa, bank raksasa asal Jerman, Deutsche Bank, juga telah mengumumkan akan menutup 18 kantor pelayanan dan memangkas 10.000 karyawannya, serta berencana menjual bisnis perbankan ritelnya di Amerika Serikat.
Di Asia, bank asal Hong Kong, HSBC, telah mengumumkan akan menutup 35 kantor pelayanan di Asia. Bank ini juga berencana untuk memangkas 35.000 karyawannya. Di Indonesia, salah satu bank asing terbesar, City Bank, telah mengumumkan akan menutup kantor cabangnya. Penutupan ini dilakukan sebagai bagian dari strategi global City Bank untuk mengurangi biaya operasional.
Tidak hanya bank umum yang terkena dampak. Sejumlah Bank Perekonomian Rakyat (BPR), telah mengalami kesulitan keuangan dan bahkan dilikuidasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan data OJK, sebanyak 17 BPR telah dilikuidasi sepanjang tahun 2023. Jumlah tersebut meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu hanya 13 BPR. Likuidasi BPR ini disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain kinerja keuangan yang buruk, ketidakmampuan memenuhi ketentuan permodalan dan terjerat kredit macet.
Strategi Mengatasi Badai Perbankan
Untuk mengatasi badai perbankan global, sejumlah bank telah melakukan sejumlah langkah strategis, antara lain meningkatkan efisiensi operasional, memfokuskan bisnis pada segmen yang menguntungkan dan mencari mitra strategis. Bank Indonesia (BI) juga telah mengambil sejumlah langkah untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, melalui peningkatkan likuiditas perbankan, peningkatkan pengawasan terhadap perbankan, serta membantu bank yang mengalami kesulitan keuangan
Pemicu utama badai perbankan global saat ini disebabkan faktor perkembangan tehnologi informasi yang merambah dunia perbankan dengan cepat dan pesat. Tidak bisa dihindarkan lagi digitalisasi berdampak pada perubahan perilaku masyarakat. Seperti yang diramalkan Brett King dalam bukunya Bank 4.0, “ Di mana saja dan kapan saja kita butuh bank, namun tidak di bank “.
Maksudnya fungsi bank tetap dibutuhkan namun kehadiran fisik kantor bank sudah tidak diperlukan lagi, berpindah ke personal gadget, yang dapat diakses di mana saja, tanpa mengenal ruang dan waktu. Agar bank konvensional tetap survive, maka perlu melakukan inovasi dengan mengembangkan layanan perbankan digital yang lebih menarik dan inovatif, serta melakukan efisiensi operasional.
Badai perbankan global yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir ini mulai berdampak signifikan terhadap sektor ketenagakerjaan. Sejumlah bank besar di dunia telah mengumumkan rencana PHK massal, termasuk Goldman Sachs, JPMorgan Chase, dan Citigroup. Di Indonesia, dampak badai perbankan global ini juga mulai terasa. Bank Mandiri, bank terbesar di Indonesia, telah mengumumkan rencana PHK sebanyak 1.200 karyawan. Bank lain yang juga berencana melakukan PHK adalah Bank BCA, Bank BRI, dan Bank BNI.
PHK massal yang terjadi di sektor perbankan ini tentu akan menimbulkan dampak yang luas. Selain bagi para karyawan yang terkena PHK, PHK ini juga akan berdampak pada perekonomian secara keseluruhan.
Para karyawan yang terkena PHK tentu akan mengalami kesulitan ekonomi. Mereka akan kehilangan sumber penghasilan dan harus mencari pekerjaan baru. Hal ini tentu akan menjadi beban bagi mereka dan keluarganya. PHK masal di sektor perbankan juga akan berdampak negatif terhadap perekonomian secara keseluruhan. Hal ini karena sektor perbankan merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian. Sektor perbankan berperan dalam intermediasi keuangan, yaitu menyalurkan dana dari para penabung kepada para peminjam. PHK massal di sektor perbankan akan mengurangi jumlah dana yang disalurkan ke sektor riil. Hal ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Langkah Strategis Pemerintah
Untuk mengatasi dampak PHK massal di sektor perbankan, pemerintah perlu mengambil langkah, diantaranya menyediakan bantuan kepada karyawan yang terkena PHK. Memberikan bantuan kepada karyawan yang terkena PHK, baik dalam bentuk uang tunai maupun pelatihan keterampilan. Bantuan ini akan membantu mereka untuk bertahan hidup dan mencari pekerjaan baru.
Di samping itu pemerintah perlu menciptakan lapangan kerja baru untuk menyerap tenaga kerja yang menganggur akibat PHK massal. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memberikan insentif kepada pengusaha untuk membuka lapangan kerja baru. Dan yang tidak kalah penting pemerintah perlu menjaga stabilitas sistem keuangan, untuk mencegah terjadinya krisis keuangan. Langkah yang diambil diataranya melakukan pengawasan yang ketat terhadap bank dan memberikan bantuan kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas.
Menghadapi situasi yang menantang akibat badai perbankan global seperti ini, para bankir tentunya harus mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan memastikan bahwa bank dapat terus beroperasi secara sehat.
Berikut adalah beberapa sikap bankir yang harus dipersiapkan dalam menghadapi situasi terburuk yang dihadapi, yaitu meningkatkan efisiensi operasional untuk mengurangi biaya. Mengoptimalkan digitalisasi untuk meningkatkan layanan dan efisiensi operasional. Serta yang tidak kalah penting adalah meningkatkan literasi keuangan masyarakat untuk mengurangi risiko perbankan. Melalui edukasi dan sosialisasi tentang perbankan.
Berikut adalah contoh konkret sikap bankir Indonesia dalam menghadapi situasi ini diantaranya Bank Mandiri meluncurkan program “Mandiri Transformasi” untuk meningkatkan efisiensi operasional. Program ini mencakup berbagai inisiatif, seperti digitalisasi, restrukturisasi organisasi, dan manajemen sumber daya manusia.
Bank BCA telah meluncurkan program “BCA Transformation” untuk meningkatkan digitalisasi dan transformasi digital. Program ini mencakup berbagai inisiatif, seperti pengembangan aplikasi perbankan digital, investasi di teknologi, dan restrukturisasi organisasi.
Bank BRI telah meluncurkan program “BRIvolution” untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Program ini mencakup berbagai inisiatif, seperti sosialisasi tentang perbankan, pendampingan usaha mikro, dan pelatihan keterampilan.
Bagaimana dengan Anda ? Sudah Anda siap mengantisipasi dan menghadapi hal yang terburuk ? Ingat pepatah di balik ancaman pasti ada peluang, bila kita jeli melihatnya ! Semoga. (Suharno, Praktisi Perbankan dan Staf Pengajar Prodi Akuntansi Universitas Slamet Riyadi Surakarta)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |