JIKA ada bangunan tua, apakah itu bangunan Jawa, bangunan kolonial, atau bangunan tua apa pun, itu adalah simbol kejayaan masa lalu.
Karena itu, bangunan tersebut jangan dirobohkan, sebab kita tidak bisa membangunnya, sama seperti bangunan tua tersebut, saat ini. Kalau pun bisa membangun, hasilnya tetap akan beda.
“Maka, kita harus merestorasinya agar roh bangunan tua itu sesuai nafas kehidupan kita sekarang ini,” kata Lorca Biru Langit, ketika ditemui di rumahnya di kawasan Colomadu, Karanganyar, Selasa (20/9/2022).
Desainer interior asal Solo itu kembali menorehkan prestasi internasional dengan meraih penghargaan “Good Design Award” kategori “Architectural Design-Interior Design” tahun 2022.
Good Design Award, merupakan kompetisi tertua dan prestisius di dunia yang sudah digelar sejak 1958 di Australia. Kompetisi Good Design Award, merupakan puncak penghargaan bagi para desainer interior yang diakui World Design Organization (WDO).
Sebelumnya, Lorca Biru Langit, juga meraih penghargaan Good Design Award 2020, kategori berbeda, yakni Product Design, Furniture & Lighting untuk karyanya yang berjudul Store+.
Tahun ini, ia mengikutsertakan karya desain interiornya yang diberi judul Limasan House. Karya desain interiornya itu direalisasikan dalam wujud bangunan rumah limasan di Colomadu, Karanganyar.
“Sebenarnya ketika merestorasi rumah orang tua di Colomadu Karanganyar ini, tujuannya bukan untuk ikut lomba. Tapi karena timingnya pas, ada lomba maka saya ikutkan,” kata laki-laki asal Solo itu.
Dalam karyanya itu, Lorca Biru Langit secara cerdas memadukan nuansa rumah tradisional Jawa “Limasan” dengan desain interior bernuansa modern.
Karya desain interiornya itu berangkat dari keresahan yang ia rasakan saat melihat banyaknya rumah tradisional Jawa yang tidak digarap dengan baik dari segi desain interiornya.
Menurut Lorca Biru Langit, banyak pemilik rumah tradisional Jawa bingung menata rumahnya agar relevan dengan kebutuhan hidup modern.
Karena kurangnya referensi penataan rumah dengan perpaduan tradisi dan modern, banyak pemilik rumah tua lebih memilih merobohkan bangunan aslinya dan membangun ulang rumah dengan desain modern.
Dia berharap karyanya bisa menjadi referensi penataan desain interior rumah tradisional Jawa yang masih mempertahankan nuansa tradisional dengan penyesuaian di interiornya agar relevan dengan kebutuhan kehidupan modern.
Sebagai contoh, pria muda itu mendesain ulang jendela dalam rumah Jawa dari bentuknya yang kecil menjadi jendela kaca dengan ukuran yang cukup besar agar bisa memberi pencahayaan ruang yang lebih baik di bagian belakang rumah.
“Rumah tradisional Jawa, tidak jarang terlihat gelap, singup, bahkan angker. Tapi sebenarnya hanya karena kurang pencahayaan saja, dengan sedikit penyesuaian di bagian jendela rumah, nuansa angker bisa dihilangkan, ruangan jadi terasa lebih terang, lebih lega dan nyaman,” jelas Lorca.
Ia juga berharap, makin banyak pemilik rumah tradisional jawa yang mau mempertahankan bentuk asli rumahnya, sebagai upaya pelestarian tradisi asli jawa, tanpa harus kehilangan kenyamanan dan
fungsi dari rumahnya.
Meski rumah tua Limasan yang sudah direstorasi tersebut masih mempertahankan fasade bangunan rumah limasan sesuai aslinya, namun gradasi nuansa ruangan dari tradisi ke modern sudah mulai terasa di teras rumah. Lorca menata dan memadukan furniture tradisional dengan desain furniture modern di bagian depan rumah ini.
Area depan rumah yang sangat luas bisa digunakan sebagai ruang untuk bersantai, berkumpul dan bersosialisasi dengan kerabat, hingga menerima tamu. Ketika masuk ke dalam ruangan belakang rumah, nuansa rumah sudah berubah menjadi rumah modern.
Untuk memunculkan kesan “clean” dan minimalis di ruang bagian belakang ini, Lorca membuat sekat ruangan yang menutupi tiang dan kolom bangunan, serta membuat jendela kaca yang lebar di dinding ruangannya.
Lulusan Curtin University, Perth, Australia itu kemudian melengkapi ruangan itu dengan sofa dan set meja kursi yang bernuansa modern, untuk menambah kenyamanan ruangan.
“Jadi kalau kita melihat dari luar, rumahnya nampak seperti rumah limasan pada umumnya. Namun ketika kita masuk, gradasi nuansa tradisi dan modern mulai terasa di bagian depan rumah,” kata Lorca.
“Tapi saat kita masuk ke bagian dalam nuansanya berubah menjadi rumah yang minimalis, relevan dengan kehidupan modern dan menjaga privasi dari pemilik rumah,” jelasnya.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |