LOKAWARTA.COM,KLATEN-Kemajuan teknologi di era digital turut mempengaruhi perkembangan sistem keuangan. Dengan kemajuan tersebut, akses masyarakat ke layanan jasa keuangan, termasuk jasa pinjaman online atau pinjol, makin mudah.
Hal tersebut menjadi pembahasan dalam edukasi keuangan untuk Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Klaten yang digelar Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) di Gedung Dharma Wanita Klaten, Kamis (7/7/20220).
Ketua TP PKK Klaten, Endang Yoga Hardaya mengatakan, pengetahuan dan keterampilan menjadi hal yang sangat penting bagi anggota PKK karena adanya lompatan kemajuan arus informasi dan perkembangan teknologi sebagai efek pandemi covid 19.
Adanya lompatan kemajuan arus informasi dan perkembangan teknologi tersebut dengan jelas ikut mempengaruhi beberapa aspek kehidupan, termasuk sistem keuangan.
“Perubahan inilah yang perlu diketahui oleh semua anggota PKK yang memiliki peran sentral khususnya di dalam keluarga. Jangan sampai, justru kita yang terseret dalam arus perubahan itu, terlebih perkembangan teknologi dan informasi,” paparnya.
Menyoroti fenomena pinjol yang hadir di tengah masyarakat, Endang menyampaikan sepintas kehadiran pinjol seolah menjadi solusi keuangan bagi sebagian masyarakat, khususnya yang terdampak pandemi secara ekonomi. Namun di sisi lain, kehadiran pinjol dapat menjadi pemicu permasalah keuangan di dalam keluarga.
“Pinjol sangat memberatkan masyarakat karena memang dalam memberikan pinjaman sangat cepat, berarti tuntutannya juga sangat tinggi,” tuturnya.
Kasubag Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kantor OJK Kota Surakarta, Susana Dyah Kusumaningrum mengatakan, pinjol memiliki pengaruh besar di kehidupan masyarakat dalam mengatasi secara instan masalah keuangan usai pandemi. Tidak hanya itu, tawaran investasi bodong pun mulai menyebar di tengah masyarakat dengan menawari beberapa keuntungan.
“Masyarakat juga harus memperhatikan logisnya imbal hasil yang diberikan. Sebagai contoh di BPR Bank Klaten yang diawasi OJK saja bunga deposito 4% per tanun. Jadi kalau ada yang menawarkan imbal hasil besar dalam beberapa hari atau bulan dan tidak ada risiko, kita harus berhati hati,” kata Susana.
Karena itu, lanjut dia, masyarakat harus kritis dalam memilih jenis investasi apa yang ditawari. Ia meminta agar masyarakat lebih memahami secara utuh tentang investasi. Tidak lupa ia mengingatkan bahwa hasil akan selalu berbanding lurus dengan resiko. Dalam artian, bahwa tidak ada hasil yang maksimal tanpa adanya resiko.
“Inilah mengapa perlu adanya edukasi tentang sistem keuangan bagi masyarakat. Sehingga tidak terjebak pada tawaran yang sepintas menggiurkan dengan keuntungan besar, sementara resikonya jarang dipahami oleh masyarakat,” katanya.(***)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | klatenkab.go.id |