Bisnis Kuliner Online Ramai, Pedagang : Butuh Dukungan Sinyal Kuat

6 April 2022, 18:34 WIB

LOKAWARTA.COM,SRAGEN-Tidak ada kata sambat bagi para pelaku bisnis kuliner di Bulan Ramadhan ini. Bahkan diantara mereka bisnisnya justru melesat, meski siang hari banyak yang tidak makan alias berpuasa.

“Hanya pola makan saja yang berubah, dari makan pagi dan siang hari menjadi sore hari untuk berbuka bersama, malam, dan dini hari untuk sahur. Bagi yang agamanya lain dan tidak puasa, juga masih banyak siang hari yang datang ke sini,” kata Tatik Harminingsih (56), pengelola RM Sedap Rasa Sragen, ketika ditemui di kedainya, Rabu (6/4/2022).

Dari pantauan di lapangan, penjualan makanan makin tambah banyak terutama di sejumlah titik, terutama di sore hari. Mereka berjualan takjil atau makanan untuk berbuka puasa. Baik yang natural maupun dikoordinasi lembaga sosial atau pemerintah daerah dalam bentuk bazar.

“Ini hanya sebatas coba-coba aja mas, ikut-ikutan jualan takjil, mumpung ada yang mengajak dan memfasilitasi,” kata Yanti, salah satu pedagang di Semarak Ramadhan Pasar Takjil UMKM di taman parkir Benteng Vanstenburg.

Selain berjualan secara langsung di kedai, warung tenda, atau rumah makan, sebagian besar dari mereka juga berjualan secara online. Baik melalui media sosial seperti WhatsApp, Facebook, dan Instagram, maupun melalui aplikasi Go Food, Grab Food, maupun lainnya.

Bahkan banyak pelaku usaha kuliner yang berjualan secara online tanpa membuka kedai atau warung. Biasanya, mereka membuka pre order, untuk disesuaikan dengan bahan bahan yang akan dimasak.

“Yang jajan dan makan di sini cukup banyak. Tapi setelah ikut buka aplikasi di Go Food dan Grab Food, pelanggan makin bertambah, khususnya melalui online,” kata Tatik.

Fenomena belanja makanan atau kuliner online sebenarnya sudah cukup lama, berbarengan dengan belanja kebutuhan lainnya, misalnya fesyen. Namun belanja kuliner online makin meningkat seiring dengan munculnya pandemi covid-19, dua tahun lalu.

Lantaran pada waktu itu pemerintah memberlakukan PPKM secara ketat, toko dan rumah makan banyak yang ditutup, dan dilarang ada kerumunan, akhirnya mereka belanja atau membeli secara online, baik untuk kebutuhan makan maupun lainnya.

Belakangan, saat PPKM diperlonggar, kebiasaan belanja online terus berjalan bahkan meningkat. Apalagi sejumlah penyedia aplikasi maupun merchant juga menawarkan berbagai promo dan diskon untuk menarik pembeli dan pelanggan baru.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam belanja online atau jual beli online adalah sinyal yang kuat dari operator penyedia jaringan. Tanpa ada dukungan jaringan internet atau seluler, maka bisnis belanja online tidak akan lancar bahkan mandeg.

“Untung jualan kuliner saya di kota, jadi sinyalnya kuat, sehingga jualannya lancar. Pernah suatu ketika sinyal terganggu karena suatu hal, usaha kuliner online saya juga terganggu, untung saja tidak lama,” kata Vina, salah seorang pedagang kuliner lainnya.

Sebenarnya kebutuhan jaringan atau sinyal yang kuat tidak hanya untuk kebutuhan belanja online saja, tapi juga sektor-sektor lainnya. Seperti pendidikan, bisnis/perkantoran, dan sosial.

Seperti halnya belanja online, tingginya kebutuhan sinyal dan jaringan yang kuat untuk pendidikan, bisnis, dan sosial juga mulai marak saat ada PPKM dan pemberlakuan pembelajaran melalui daring di kampus dan sekolah serta work from home di kantor-kantor.

“Nah, di sini terlihat, dukungan pemerintah, BUMN, atau sektor swasta dalam penyediaan jaringan internet dan seluler sangat dibutuhkan agar jual beli online yang banyak dilakukan pelaku UMKM lancar. Demikian juga pembelajaran daring serta aktifitas bisnis dan perkantoran, juga lancar,” kata Paryanto, salah seorang warga Sragen.***

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:

Artikel Terkait