SOLO,LOKAWARTA.COM-Penyaluran pembiayaan perumahan, baik bagi pengembang maupun konsumen, tampaknya tidak lagi monopoli bank umum, BPR pun kini banyak yang melakukan.
Salah satunya Bank Perkreditan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah (BPRS HIK). “Mayoritas nasabah kami justru pengembang,” kata Direktur Utama BPRS HIK Surakarta, Muji Hastuti, Jumat (3/2/2023).
Hal itu.dikatakan di sela gathering. Gathering tersebut merupakan bagian dari rangkaian milad ke-9 BPRS tersebut.
Sejak 2018, pihaknya menjadi pelopor BPRS di Solo dan sekitar yang memberikan pembiayaan khusus pembelian lahan. Prosedurnya, BPRS HIK Surakarta membantu pengembang untuk bridging.
“Kami kerja sama dengan BTN/BTN Syariah. Kami bantu pengembang untuk pelunasan lahan. Setelah perizinan dan lahan itu jadi milik pengembang, beralih kepemilikan lahan menjadi milik pengembang. Baru ditake over ke bank umum,” jelasnya.
Direktur BPRS HIK Surakarta, Agus Firman Hidayat menambahkan tahun ini pihaknya akan launching produk kepemilikan rumah atau KPR. Harapannya, produk tersebut semakin melengkapi kebutuhan pengembang.
“Pengembang yang punya rumah, masyarakat yang membutuhkan, lalu kami bantu pembiayaannya. Tahun ini juga, kami ada pembangunan gedung baru,” ucap Agus.
Bagaimana dengan kinerja? Muji Hastuti melanjutnya, BPRS HIK Surakarta menunjukkan kinerja positif sepanjang 2022. Bahkan, realisasi target mencapai 100 persen.
Selain itu juga mampu membukukan aset melebihi target, yakni tembus 102 persen dengan capaian Rp 238 miliar sampai akhir Desember 2022.
“Awal tahun ini, kami closing di Januari 2023 mencapai Rp 243 miliar dari sisi aset. Total pembiayaan kami, proporsi pengembang Rp 153 miliar, atau 80 persen dari total pembiayaan kami sebanyak Rp 179 miliar,” ungkap dia.
Kendati masih dalam masa pandemi Covid-19, kata dia, angka non performing finance (NPF) atau kredit bermasalah di BPRS HIK Surakarta berada di posisi 1,2 persen sampai akhir tahun.
“Angka ini menurun dibanding tahun sebelumnya dengan NPF di angka 2,01 persen. Tren positif ini berlanjut sampai akhir Januari 2023, angka NPF turun lagi di angka 1,1 persen,” kata Hastuti.
Hastuti menyadari, di 2023 isu resesi ekonomi membayangi. Karena itu, pihaknya tidak berani pasang target pertumbuhan tinggi, hanya di angka 7 persen. “Tahun sebelumnya, kami berani pasang target 9-10 persen. Kami masih wait and see untuk 2023 ini,” jelasnya.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |