“Kami melihat adanya ketimpangan keahlian dan standar kerja di antara tenaga lepas di industri komunikasi, utamanya antara kota besar dengan area sekunder yang berdampak pada kesejahteraan ekonomi para pelaku,” kata Aditya Sani, di sela peluncuran, Rabu (3/11/2021).
“Kami hadir untuk menjawab masalah dan tantangan tersebut dengan membangun teknologi yang tepat guna, serta berkolaborasi dengan mereka yang memiliki pengalaman dan spesialisasi khusus di bidang komunikasi dari berbagai daerah untuk memenuhi kebutuhan pelaku UKM, bisnis, organisasi maupun pemerintah,” tambah Aditya.
Pihaknya berharap kehadiran aplikasi Briefer dapat mendorong tumbuhnya manajemen komunikasi yang sehat di era digital dan mendukung langkah pemerintah dalam mengembangkan potensi ekonomi digital di Indonesia.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo mengatakan, ekonomi masa depan bergantung kepada ekonomi kreatif dan digital. Karena itu, pihaknya mengapresiasi kehadiran Briefer sebagai platform bagi para praktisi komunikasi di Indonesia.
“Kami berharap kehadiran inovasi Briefer dapat mendorong akselerasi adaptasi ekonomi digital sektor pekerja informal dan memajukan sektor parekraf dalam menghadapi tantangan ke depan melalui teknologi dan kolaborasi dengan berbagai pihak.”
Professor Rhenald Kasali, Founder Rumah Perubahan menegaskan, saat ini aktivitas bisnis tidak dapat berdiri sendiri dan kolaborasi menjadi sebuah tren di era disrupsi.
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |