LOKAWARTA.COM,SOLO-Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi masih menjadi penopang utama pertumbuhan kredit Bank Tabungan Negara (BTN).
Selama tahun 2021, penyaluran KPR Subsidi tumbuh sebesar 8,25% menjadi Rp 130,68 triliun dibanding 2020 yang tercatat Rp 120,72 triliun (yoy).
Hal itu dikatakan Direktur Utama BTN, Haru Koesmahargyo dalam paparan kinerja keuangan BTN Tahun 2021 di Jakarta, Rabu (9/2/2022).
Adapun KPR nonsubsidi juga tumbuh di level 4,14% (yoy) menjadi Rp 83,25 triliun di 2021 dibanding 2020 senilai Rp 79,93 triliun.
Menurut Haru, pertumbuhan KPR subsidi menjadikan BTN masih mendominasi pangsa KPR subsidi sekitar 90%. Sedang KPR secara nasional BTN menguasai pangsa pasar sekitar 40%.
“Dari pertumbuhan penyaluran KPr itu memperlihatkan bahwa sektor perumahan terbukti masih cukup tangguh dalam melewati masa krisis ekonomi akibat pandemi covid-19,” kata Haru.
Lebih lanjut Haru mengatakan, total pembiayaan yang disalurkan BTN selama 2021 tercatat tumbuh 5,66% menjadi Rp 274,83 triliun dari tahun sebelumnya yang tercatat Rp 260,11 triliun (yoy).
Pertumbuhan kredit disertai dengan penurunan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank BTN yang tercatat 3,70% pada 2021, berkurang jauh dari tahun 2020 di kisaran 4,37%.
Menurut dia, penyaluran kredit juga berdampak pada pendapatan bunga (Net Interest Income/NII) yang tumbuh 44,7% dari Rp 9,10 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp13,20 triliun di tahun 2021.
“Kenaikan NII ini menghasilkan Net Interest Margin (NIM) ke level 3,99% pada tahun 2021 dibandingkan tahun 2020 yang baru sekitar 3,06%,” jelas dia.
Haru memaparkan, total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun BTN sepanjang 2021 mencapai Rp 295,98 triliun, naik 6,03% dibanding 2020 senilai Rp 279,14 triliun.
Dari jumlah DPK itu, komposisi dana murah mengalami kenaikan 319 bps dari 41,11% menjadi 44,3%. Kenaikan komposisi dana murah ini membuat cost of fund Bank BTN hingga tahun 2021 mengalami penurunan signifikan 166 bps menjadi 3,13% dibanding 2020 yang masih 4,79%.
Sementara dari sisi kecukupan likuiditas, menurut Haru, BTN dalam posisi sehat. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) di level 92,86%, membaik dari posisi tahun lalu di 93,19%.
Angka itu lebih baik dari LDR BTN tahun 2018 dan 2019 yang masing masing sebesar 103,49% dan 113,5%. “LDR tahun 2021 ini merupakan LDR terendah sepanjang lima tahun terakhir,” paparnya.
Lebih lanjut Haru mengungkapkan, likuiditas BTN yang sangat kuat juga dapat dilihat dari Loan Coverage Ratio (LCR) yang berada di angka 283,16% dan terus meningkat dari periode tahun sebelumnya yakni 256,32% (2020), 136,31% (2019) dan 108,99% (2018).
“Peningkatan LCR menunjukkan semakin baiknya kondisi ketahanan likuiditas BTN dan jauh berada di atas ketentuan regulator yang sebesar 100%,” kata Haru.
Dengan kenaikan kredit dan DPK yang cukup signifikan itu mendongkrak aset BTN yang tumbuh sebesar 2,95% dari Rp 361,20 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp371,86 triliun di tahun 2021.
“Sepanjang 2021, laba bersih BTN melonjak 48,3% menjadi Rp 2,37 triliun dibanding 2020 senilai Rp 1,6 triliun,” pungkasnya.
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |