SOLO,LOKAWARTA.COM-From Zero to Hero, dari nol menjadi besar atau pahlawan. Itulah tag line Resdian Chandra Purnomo, pengusaha muda di Karangsnyar yang terbilang sukses.
“Kalau pun belum sampai hero, setidaknya kami sudah tidak lagi zero lagi,” kata laki-laki kelahiran tahun 1988 itu, berkelakar.
Ya, laki-laki tinggi besar berkaca mata tersebut benar-benar dari nol saat memulai bisnis, sebelum dia sukses seperti ini. Yakni dengan memulai usaha dari berdagang batik secara online di 2011.
Namun bapak dua orang anak ini bukan sukses menjadi pengusaha batik, seperti yang dirintis. Chandra, justru terkenal sebagai pengusaha jas, yang menjual berbagai macam type jas berkualitas premium.
Menggunakan brand JASSOLO, jas buatan Chandra telah mendapat pengakuan secara luas dari masyarakat, tidak hanya lokal di Solo dan sekitar tapi juga nasional.
Kesuksesan Chandra mengembangkan bisnis tentu bukan datang dengan tiba-tiba. Ada proses panjang dari nol yang harus dilalui, hingga kemudian menjadi seperti saat ini.
“Semua berawal saat saya di-resign-kan dari tempat kerja saya, sampai kemudian saya sampai tidak punya duit sama sekali. Selanjutnya saya mulai coba-coba jualan batik secara online, waktu itu lewat tokobagus,” kata Chandra saat potcash bersama perdikan.com, Sabtu (28/9/2024).
Tidak adanya modal yang dimiliki, mendorong Chandra melakukan berbagai cara agar bisa tetap mendapatkan uang. Tiap hari, dengan membawa dua anaknya naik motor, dia pergi ke PGS (Pusat Grosir Solo) ataupun Pasar Klewer.
“Di sana saya memotret pakaian yang ada, tentu dengan minta ijin pedagang untuk kemudian saya pajang di tokobagus. Ada yang mengijinkan, tapi ada pula yang tidak, mungkin karena tidak yakin dan merasa terganggu,” jelasnya.
Ternyata, apa yang dilakukan Chandra membuahkan hasil. Mulai dari laku satu seminggu sekali, sampai sehari bisa laku berkali-kali. Dan setelah berkembang, banyak orang yang mulai percaya hingga berani mempercayai Chandra untuk membawa barang mereka dulu.
Namun perjalanan bisnis itu tidak selalu dan terus memerus mulus seperti yang diimpikan. Penjualan batik yang dijalankan Chandra tak luput dari serangan pandemi covid-19 yang melemahkan perekomomian nasional.
“Sampai akhirnya penjualan mengalami penurunan, dan saya bertemu dengan seseorang berjualan jas. Dari pertemuan itu, selanjutnya saya diberi wawasan terkait bisnis jas hingga kemudian saya tertarik,” ungkap Chandra.
Dukungan dari sang istri Marlena Setyawati, yang berprofesi sebagai seorang notaris, cukup berperan dalam keputusan Chandra untuk beralih ke bisnis jas.
Hal inipun membawa Chandra untuk terus belajar dan mendalami dunia per-jas-an. Dia belajar banyak mengenai desain, bahan serta teknik pembuatannya, pada beberapa orang yang memang ahli di bidang itu.
Proses belajar terus dilakukan sembari dia menjual jas yang diambilnya dari orang lain. Sampai akhirnya saat ilmu yang didapat sudah cukup, Chandra memberanikan diri untuk memproduksi sendiri dan kemudian memberi merek JASSOLO.
Kualitas produk yang dijual menjadi point utama yang selalu dipegang, sehingga para pembeli jas buatannya merasa cocok dan nyaman.
Dari situ bisnisnya terus berkembang, sampai kemduian dia memutuskan untuk membuka toko di kawasan Jalan Raya Palur – Sragen, untuk membuat brandnya semakin berkembang.
Menerapkan motto “Apapun yang Anda Cari, di Sini Ada”, maka siapapun yang masuk ke tokonya pasti akan beli. Dan ini membuat tokonya semakin besar.
“Di sini kita tidak hanya mentediakan jas, tapi juga ada hal lain yang menjadi pelengkapnya seperti kemeja, celana, rompi, dasi, dompet, sepatu dan yang lainnya. Sehingga saat orang datang dan tidak jadi beli jas, biasanya dia juga akan tetap beli yang lainnya,” tuturnya.
Chandra juga selalu mengedepankan komunikasi dari hati ke hati dengan para calon pembelinya. Hal ini untuk bisa mengetahui karakternya, sehingga bisa memilihkan jas mana yang cocok untuk dipakai.
“Kita tidak bisa hanya bicara soal kualitas. Karena hal ini kadang sifatnya relatif. Dalam pelayanan kepada para pelanggan, kita harus mengutamakan apa yang mereka inginkan. Dengan begitu kita bisa memberikan yang terbaik untuknya,” tandasnya.
Kini setelah lebih dari 10 tahun berjalan, JASSOLO pun semakin berkembang. Brandnya juga semakin dikenal, tak hanya di lingkup dalam negeri, tapi juga hingga luar negeri.
“Beberapa waktu lalu, ada seorang fashion desainer dari Paris yang datang ke sini. Dia tahu JASSOLO dari instagram. Setelah berbincang panjang lebar, dia akhirnya cocok dan kemudian kita sepakat kerja sama. Bentuk kerja samanya, dia pesan jas dari sini, lalu kita kirim ke sana untuk kemudian di sana dia jual dengan brand miliknya,” ungkap Chandra.
Era digital yang terus berkembang, mau tidak mau juga memaksa Chandra untuk mengikutinya dengan melakukan pemasaran secara online melalui marketplace maupun media sosial.
Bahkan demi untuk bisa meneruskan jejak kesuksesannya, Chandra juga menyiapkan anak-anaknya untuk mengikuti jejaknya sebagai pengusaha.
“Saat ini keduanya juga mulai ikut jualan dengan pakai brand mereka sendiri. Sementara memang masih dijual online sambil saya lihat perkembangannya. Tapi nanti kalau misal sudah semakin berkembang, tentunya akan kita buatkan toko tersendiri,” pungkasnya.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |