LOKAWARTA.COM,SOLO-Guru Besar Bidang Komunikasi Universitas Airlangga Prof Dr Henri Subiakto mengatakan, era abundance atau singular bakal terjadi sekitar tahun 2035-2040.
Dalam era itu, sekitar 65 persen jenis pekerjaan yang belum ada saat ini akan muncul. Di sisi lain, robot dan artificial intelligence (AI) bakal mengambil alih 50 persen pekerjaan otot dan otak manusia.
“Pada masa itu, manusia diharapkan fokus pada pekerjaan bermartabat yang menggunakan kreativitas beserta hati dan jiwa yang tidak dimiliki mesin,” kata Prof Dr Henri Subiakto.
Itu dikatakan ketika menyampaikan orasi ilmiah pada Dies Natalis Unisri Surakarta ke 42, Selasa (21/6/2022). Dies Natalis Unisri mengusung tema “Dengan Menguasai Teknologi, Unisri Ungguli di Era Digital”, peringatan digelar di auditorium kampus setempat.
Segenap civita akademika Universitas Slamet Riyadi dan pengurus Yayasan Pendidikan Tinggi Slamet Riyadi Surakarta serta pejabat dari LL Dikti Jawa Tengah dan Pemkot Surakarta hadir dalam kesempatan itu.
Lebih lanjut Prof Henri mengatakan, dengan prediksi itu, perguruan tinggi harus mengantisipasi perubahan dengan mencetak sumber daya manusia atau talent yang mampu menghadapi kondisi masa depan, yang siap hidup dengan lingkungan dan model bisnis yang cepat berubah.
Dosen dan pengelola pendidikan juga dituntut memiliki visi yang kuat untuk masa depan. Selain itu menguasai teknologi dan metode yang sesuai dengan tuntutan masa depan. Dosen dan guru tak lagi hanya berperan sebagai pengajar.
“Namun harus mampu menjadi instructional designer, pembuat desain pendidikan sekaligus manajer konten mata kuliah dan mapel yang diajarkan,” kata mantan staf ahli Menkominfo itu.
Pada kesempatan itu, Prof Henri juga menyinggung soal blockchain yang merupakan teknologi lanjutan dari digital. Blockchain adalah teknologi digital dengan sistem penyimpanan atau bank data yang saling terkoneksi dengan penggunaan kriptografi.
Karena itu, pakar teknologi komunikasil Unair itu mendorong perguruan tinggi untuk memahami perkembangan teknologi blockchain, sehingga bisa ikut melakukan literasi kepada masyarakat.
Perguruan tinggi bisa mengadopsi teknologi itu untuk menjadi bahan kajian dan bahan kuliah mahasiswa agar lulusan punya nilai tambah saat menghadapi masa depan. “Perguruan tinggi juga bisa mengembangkan blockchain untuk sistem pendidikan, sehingga memiliki pengalaman langsung mempraktikkan di lapangan.”
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | Unisri Surakarta |