LOKAWARTA.COM,JAKARTA-Bank Syariah Indonesia (BSI) semakin fokus menggarap pasar keuangan di Dubai sebagai pusat ekonomi syariah dunia.
Menurut Direktur Utama BSI Hery Gunardi, UEA khususnya Dubai adalah pusat ekonomi Islam dan investor keuangan syariah dunia.
Dengan demikian, potensi ekonomi syariah dapat dioptimalkan, setelah BSI Representative Office Dubai hadir di Dubai International Financial Centre (DIFC).
“Hadirnya kami di Dubai pun akan jadi penghubung perbankan dan keuangan Indonesia dengan pusat-pusat keuangan syariah dunia,” kata Hery dalam siaran pers, Senin (4/7/2022).
“Oleh karena itu, kami akan semakin fokus di Dubai, terlebih belum lama ini Presiden Joko Widodo mempererat hubungan Indonesia dengan pemerintah UEA,” tegas Hery.
Sebelumnya, di 1 Juli 2022, Presiden Joko Widodo dan Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed bin Sultan Al Nahyan menyaksikan pertukaran dokumen IUAE-CEPA (Indonesia – United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement) yang telah disepakati kedua negara di Istana Al Shatie, Abu Dhabi.
Lebih lanjut Hery mengatakan, dalam jangka pendek maupun menengah, BSI belum memiliki rancana ekspansi ke negara-negara lain.
Karena perseroan akan fokus memaksimalkan potensi keuangan syariah global di sana untuk mewujudkan BSI sebagai Top 10 Global Islamic Bank berdasarkan kapitalisasi pasar pada 2025.
Secara bisnis, makin fokusnya BSI menggarap pasar keuangan syariah global di Dubai memiliki alasan kuat. Dubai adalah basis investor di Timur Tengah. Di mana pemerintah Indonesia menerbitkan semua Global Sovereign Sukuk di Nasdaq Dubai. Bahkan 30% investor Global Sukuk dari kawasan Timur Tengah.
Kawasan Timur Tengah pun menawarkan potensi bisnis yang sangat besar. Dari sisi perdagangan, Indonesia memiliki volume yang signifikan dengan UEA. Yakni mencapai 4,0 Miliar Dolar AS di 2021, meningkat 37,88% dibanding 2020 senilai 2,9 Miliar Dolar AS.
“Tentunya nilai ekonomi itu berpotensi terus bertumbuh ke depan seiring penguatan kerja sama Indonesia-UEA,” lanjut Hery.
Potensi lain yang bisa digarap, kata Hery, adalah dari segi diaspora Indonesia, dimana terdapat 1 juta warga negara Indonesia yang tinggal dan bekerja di kawasan Timur Tengah sebagai tenaga migran.
“Pada pekan lalu Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir saat mengunjungi kantor BSI di DIFC, Dubai dan mengatakan kehadiran BSI di UEA tak hanya untuk menjangkau pasar global, melainkan juga melayani kebutuhan perbankan para pekerja migran Indonesia.”
Selain potensi bisnis tersebut, BSI memiliki Representative Office di Dubai International Financial Centre (DIFC). Adapun DIFC merupakan pusat keuangan terkemuka di Timur Tengah, Afrika, dan Wilayah Asia Selatan (MEASA) dengan cakupan total 72 negara yang kurang lebih memiliki total populasi 3 miliar penduduk dengan nominal PDB US$7,7 triliun.
Hery melanjutkan, pihaknya memiliki beberapa rencana bisnis yang sedang diolah lebih matang ke depan di Dubai. Pertama kerja sama pembiayaan UMKM untuk tenaga perawat Indonesia di UEA.
Kedua, kerja sama pengembangan bisnis kesehatan dengan pengusaha wanita di Dubai. Ketiga adalah insiatif ekspor ke Dubai yang sedang diperkuat Bersama kedutaan besar Republik Indonesia di sana sebagai tindak lanjut dari acara Dubai Expo.
“Rencana-rencana strategis tersebut sedang kami elaborasi. Sehingga kita bisa mengoptimalkan dan menjembatani kebutuhan dan kepentingan ekonomi masyarakat Indonesia di pasar UEA,” imbuh Hery.
Hery juga menjelaskan bahwa BSI di Dubai memperluas kerja sama dengan beberapa perusahaan yang memiliki reputasi besar di sana. Sebelumnya BSI telah bekerja sama dengan Lulu Group dan Berrypa melalui penandatanganan kerja sama (MoU) antara perusahaan dengan Lulu Hypermart Indonesia sebagai jaringan dari Lulu Hypermart Global, jaringan pemasaran ritel terbesar di Timur Tengah dan fintech company Berrypay pada Mei lalu.
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |