SOLO,LOKAWARTA.COM-Prof Dr Siti Supeni dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Slamet Riyadi / Unisri Surakarta di bidang Ilmu Pendidikan Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Pendidikan, Kamis (2/3/2023) di kampus setempat.
Pengukuhuan itu menambah jumlah guru besar Unisri Surakarta yang hanya dalam satu semester sejak Bulan Agustus 2022 silam, mampu mencetak lima guru besar / profesor sekaligus.
Yang pertama adalah Prof Dr Sutoyo yang dikukuhkan pada Agustus 2022 dan kini menjadi rektor di perguruan tinggi tersebut. Sebulan kemudian, September 2022, Prof Dr Sugiaryo dikukuhkan sebagai guru besar Unisri yang kedua.
Selanjutnya, Prof Dr Hera Haru Sri Suryanti yang dikukuhkan sebagai guru besar Unisri pada November 2022, disusul Prof Dr Winarti pada akhir Januari 2023 dan kali ini, Prof Dr Siti Supeni yang dikukuhkan sebagai guru besar Unisri.
“Tahun ini setidaknya ada lima lagi dosen untuk proses menjadi guru besar atau profesor di Unisri,” kata Rektor Unisri Prof Dr Sutoyo, usai pengukuhan Prof Dr Siti Supeni yang dikukuhkan sebagai profesor Unisri, Kamis (2/3/2023).
Prof Dr Sutoyo melanjutkan, ada banyak keuntungan dengan banyaknya guru besar di perguruan tinggi. Antara lain, menambah kredibilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap perguruan tinggi tersebut.
Kedua, lanjut dia, keberadaan guru besar tentu saja akan menambah kualitas perguruan tinggi tersebut dan menambah kredit point dalam akreditasi.
“Kita sudah mengumpulkan teman-teman dosen yang sudah doktor dan mendorong mereka untuk mengurus guru besarnya,” kata Prof Dr Sutoyo.
Dalam pengukuhan guru besar itu, Prof Dr Siti Supeni menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Pendidikan Karakter dan Pelestarian Budaya Daerah”.
Dalam simpulannya, ia menekankan, pembinaan peserta didik menjadi warga negara yang baik melalui pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) tidak cukup hanya praktik verbalistik di kelas.
Namun pendidikan karakter dan pelestarian budaya perlu terus dikembangkan disesuaikan dengan potensi dan kemampuan masing-masing daerah melalui pendidikan media belajar.
“Satu frasa yang saya kampanyekan adalah mengangkat potensi lokal ke tataran global melalui pendidikan karakter dan pelestarian budaya,” kata Prof Dr Siti Supeni.
Semangat itu, kata dia, dimakudkan untuk menguatkan fokus pemahaman bahwa benang merah pendidikan dalam melalukan link and match terhadap kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan abad 21.
“Sebab, sering kali kita dibutakan dengan gemerlap perkembangan teknologi dan melupakan lokalitas atau local wisdom yang akan terus kita lestarikan dan kita pertahankan,” kata Bu Peni, begitu dia akrab disapa.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |