Industri Perhotelan Indonesia Diprediksi Menggeliat di 2022, Ayo Cepat-cepat Bergegas!

15 November 2021, 10:41 WIB

LOKAWARTA.COM,GRESIK-Boleh jadi tidak ada kesempatan besar sebaik periode ini untuk terus melakukan eksperimen baru dan mengoptimalkan lalu melihat hasilnya.

Menurut CEO dan Founder Azana Hotels & Resorts, Dicky Sumarsono, saat ini bisnis perhotelan berada di jaman yang sangat mengagumkan. Yakni, situasi yang paling hebat dalam sejarah yang dikelilingi banyak peluang yang dapat dimanfaatkan secara optimal, selama bisa menggeser sumber daya yang ada ke wilayah yang memiliki peluang paling besar untuk tumbuh.

“Sekarang siapa pun yang bisa melihat dan membaca perubahan lebih cepat dan mengaplikasikan langsung, maka mereka yang akan dapat lebih banyak,” kata Dicky Sumarsono.

Hal itu dikatakan di sela-sela acara Leader Conference 2021 dengan tema “Reap The Race For Today’s Biggest Challenge & Opportunity” di Front One Hotel Gresik, baru-baru ini.

Leader Conference 2021 selama dua hari itu diikuti sekitar 200 leader hotel Azana se-Indonesia. Terdiri dari General Manager, Dept. Head, termasuk beberapa owner hotel.

Di situ juga ditampilkan tamu pembicara dari industri berbeda yang menjadi partner bisnis Azana. Seperti, Fera Atmaja, Chief Marketing Officer Bradztory dan Steven Leonardo, Area Manager Central Pegipegi.

Acara Leader Conference secara rutin diadakan oleh Azana setiap tahun sekali. Selain untuk mengasah kepiawaian berfikir & bertindak para leader di Azana Hotel, juga untuk menegaskan kembali landscape bisnis hotel terbaru di 2022.

Selain itu juga untuk merubah mindset seluruh leader yang terdiri dari spirituality, identitiy, values dan beliefs, atau yang sering disebut meningkatkan kapasitas.

Bukan hanya sekedar memperbaiki kapabilitas saja, tapi juga memberi taktik cara scale up omset, sambil memberikan strategi bisnis terbaru untuk meraih keunggulan kompetitif yang signifikan, serta menangkap peluang bisnis baru di hotel industry yang hotel lain belum pikirkan.

Untuk scale up omset 61 Azana hotel di Indonesia adalah menciptakan suatu pencapaian dengan ukuran yang jauh lebih tinggi lagi dari sebelumnya serta mempertajam kemampuan untuk lebih berfungsi dalam jumlah yang berbeda.

Caranya, menciptakan new product untuk new market, atau existing product untuk new market. Atau bisa juga esixting market dengan multiple produk. Atau juga dengan existing produk untuk menjangkau network yang lebih luas.

“Kita semua tahu bahwa semakin ke sini keunggulan kompetitif yang dimiliki hotel semakin pendek masa gunanya,” kata penulis buku Dahsyatnya Bisnis Perhotelan di Indonesia itu.

Saat ini Azana mengelola 61 hotel di seluruh Indonesia, dengan brand Votel, Front One, Azana Style, The Azana Hotel, Azana Essence, dan beberapa white label brand seperti The Cube Hotel, De Laxston Hotel, Braling Grand Hotel, Façade Hotel, Grand Amira Hotel, dan Urban Style Hotel.

Dengan tingkat hunian sejak Agustus hingga November 2021 rata-rata berada di atas 70%, dan dengan pertumbuhan Azana hotel di Indonesia yang semakin rapid, ditambah masih ada sekitar 18 hotel lagi yang akan dioperasionalkan oleh Azana di tahun 2022, pada akhir tahun depan total Azana hotel optimis akan mengoperasikan sekitar 79 hotel.

Bahkan saat ini Azana pun sedang mempersiapkan diri untuk melakukan merger dengan beberapa perusahaan teknologi dan juga perusahaan modal ventura untuk memperkuat ekosistem Azana Hotel di masa mendatang.

Oleh sebab itu, Azana terus melakukan explorasi berbagai peluang, berinovasi, terus melakukan berbagai macam eksperimen setiap bulan, lalu mengambil langkah baru yang super cepat dan berfokus meraih keunggulan kompetitif berkelanjutan dengan terus menangkap peluang bisnis baru dari keinginan customer yang belum terpenuhi.

“Sebab, customer is a moving target yang keinginannya sangat cepat berubah,” kata Dicky Sumarsono.

Pihaknya menyadari, landscape bisnis hotel saat ini bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi. Menurut dia, telah terjadi apa yang namanya VUCA (Volatile, Uncertain, Complexity, dan Ambiguity). Oleh sebab itu, harus ditandingi juga dengan VUCA juga yang artinya Vision, Understanding, Clarity, dan Agilty.

Dicky optimistis, penanganan covid-19 di Indoneisa kian membaik. Hal ini akan meningkatkan frekuensi kegiatan masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata maupun bisnis yang pada akhirnya berdampak sangat postif pada dunia usaha.

Tanda-tanda akselerasi pemulihan industry hotel secara nasional semakin terlihat jelas sejak September 2021 lalu. Itu ditandai dengan adanya peningkatan tingkat kunjungan turis domestik, pemesanan tiket pesawat yang tinggi, jadwal kereta api yang mulai normal, padatnya arus lalu lintas, aktivitas objek wisata yang mulai ramai, serta aktivitas yang dilakukan di hotel juga tingkat hunian yang naik tajam.

Pasar domestik Indonesia sangatlah kuat, cukup besar untuk membantu recovery industry pariwisata dan perhotelan Indonesia. Optimisme harus semakin tinggi bahwa di tahun 2022 pasar domestik akan pulih, bisnis hotel akan kembali menggeliat di tahun 2022.

“Yang mendesak saat ini dan harus segera dilakukan adalah menjebol pemikiran terbatas karena pikiran itu menentukan tindakan. Dan tindakan tentu menentukan hasil,” tandas Dicky Sumarsono.

Pada kesempatan itu, Dicky juga menyampaikan bahwa leader di hotel bukan hanya sekedar memikirikan omset saja tetapi juga asset penting yang berupa brand, customer, network, database, kolaborasi, dan super team.

Jadi, hotel yang akan sukses ke depannya adalah bukan hotel yang paling besar dan paling bagus dengan karyawan yang paling lengkap. Melainkan hotel yang paling mengerti customer yang bisa mengantisipasi segala kebutuhan customer dan yang bisa menyajikan solusi untuk customer bahkan sebelum customer tersebut memintanya.

“Jadi inovasinya tidak terfokus pada pesaing dan teknologi namun lebih ke pendekatan human/customer centric,” kata mantan general manager The Sunan Hotel Solo itu.

Di acara tersebut Dicky meminta kepada para leader untuk membangun momentum yang luar biasa itu secara optimal. Yakni dengan mengikuti perubahan perilaku customer, mengidentifikasi peluang baru secara terus menerus, meningkatkan kualitas produk dan pelayanan, merubah cara kerja tim, menyesuaikan portfolio produk, melakukan experiment ke chanel-chanel baru (online & offline), berfokus hanya di pasar yang gemuk dan tumbuh, serta mengoptimalkan aspek digital.

Pastikan strategi dan intuisi bisnis kita terasah & relevan dengan kondisi terkini, teruslah bergerak karena sekali lagi momentum ini hanya bisa diraih oleh mereka yang melihat & membaca change lebih cepat serta bergerak super cepat.

“Golden moment of hospitality industry sudah di depan mata. Namun hanya mereka yang tidak menunda, yang punya kekuatan daya tangkap, tetap membangun momentum, punya strategi bisnis yang inovatif, mindset yang explorative dan adaptif yang akan meraih manisnya masa ini.”

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber :

Artikel Terkait