TAWANGMANGU,LOKAWARTA.COM-Bagaimana membeli / memiliki saham tapi tidak khawatir apabila harga saham turun, dan tidak kehilangan momentum apabila harga saham naik.
Itulah pertanyaan atau keinginan sebagian besar investor, terutama para investor pemula.
Nah, dalam workshop wartawan daerah “Produk Nom Saham di BEI” di Tawangmangu Karanganyar, Kepala Devisi Pengembangan Bisnis 2 Bursa Efek Indonesia (BEI) Ignatius Denny Wicaksono menyampaikan tips dan memberi simulasi.
“Kalau tidak ingin khawatir apabila harga saham turun, dan tidak kehilangan momentum apabila harga saham naik, belilah Waran Terstruktur atau WT Put, selain membeli saham perusahaan perusahaan yang memang mapan,” kata Denny.
“Dengan membeli WT Put, maka investor akan mendapatkan upside potensial ketika saham naik serta akan membatasi kerugian di harga saham turun,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Denny juga memberi tips kepada wartawan peserta workshop, bagaimana investor atau pemilik saham itu tetap untung kalau harga saham itu naik atau turun (fluktuatif).
“Jika ingin tetap untung, belilah WT Call + Pit, selain saham. Dengan memiliki WT Call + Pit maka investor akan mendapatkan upside potensial ketika saham naik, bahkan akan mendapatkan upside potensial dari put ketika harga saham turun,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Denny juga menyampaikan liat atau strategi trading perdagangan saham di pasar skunder, terutama untuk produk waran terstruktur. Yaitu, penjualan dengan cara capital gain dan jatuh tempo.
Menurut dia, keuntungan dari penjualan di pasar sekunder adalah apabila harga underlying naik, maka harga call WT juga naik, sehingga investor dapat realisasikan
keuntungan kapan saja tanpa
perlu menunggu jatuh tempo.
“Saat jatuh tempo, jika investor mempunyai hak untuk membeli saham, misalnya saham ABCD, seharga Rp 9.000, sedang harga saham ABCD adalah Rp 11.000, maka investor akan mendapatkan Rp 2.000 per lembar pada saat jatuh tempo,” katanya memberi contoh.
Lebih lanjut Denny mengatakan, sejak pertama kali diterbitkan pada 2022, Waran Terstruktur terus berkembang. Tahun 2025 menjadi momentum penting dengan hadirnya WT tipe Put serta perluasan underlying dari IDX30 ke IDX80.
Hasilnya, jumlah pencatatan WT melonjak tajam di pertengahan 2025. Nilai perdagangannya pun meningkat signifikan, dengan rata-rata transaksi tumbuh lebih dari 400% dibanding tahun sebelumnya.
“Ini menunjukkan semakin banyak investor yang mulai memanfaatkan WT, baik untuk trading jangka pendek maupun strategi hedging dalam menghadapi volatilitas pasar,” pungkasnya.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik mengatakan, Bursa Efek Indonesia tak hanya fokus pada saham, tapi juga memperluas jenis produk investasi berupa non saham. Beberapa instrumen baru yang telah atau segera diluncurkan antara lain bursa karbon, waran terstruktur, short selling, liquidity provider, hingga instrumen repo.
Salah satu produk non saham yang kini menarik perhatian adalah Waran Terstruktur (Structured Warrant/WT). “Produk ini relatif baru, namun cepat diminati investor karena fleksibilitas dan potensi imbal hasil yang tinggi,” kata Hendrik.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |