Inspiratif, Jadi Juragan Jamu, saat Pandemi Datang

6 Oktober 2022, 12:25 WIB

LOKAWARTA.COM,KARANGANYAR-Siapa sangka pandemi covid 19 justru membawa Adi Febri Yanto, pemuda asal Sumatera Barat ini menjadi juragan jamu.

Jauh sebelum covid datang, empat bulan sebelumnya, tepatnya 26 Desember 2019, bersama dua orang temannya, Adi mencoba sebuah usaha jamu di Karanganyar.

Pada awalnya, pria yang sudah 18 tahun tinggal di Karanganyar ini membuka angkringan, dengan sharing modal, dikelola bersama-sama.

Siapa sangka, usahanya bersemi di saat pandemi, seperti diceritakan lajang berkacamata ini, spesial untuk lokawarta.com.

Angkringan Herbal

Serba herbal untuk produk minumannya, menjadi ciri angkringan yang dikelola, lantaran salah satu dari mereka adalah lulusan Poltekes jurusan jamu.

Jamu Banyak Diminati

Minuman jamu, yang menjadi andalannya ternyata banyak diminati, apalagi produknya adalah racikan sendiri, dengan rasa khas.

Terkena Efek Pandemi

Kurang lebih 8 bulan, Covid 19 telah mengubah rencana usaha termasuk menggerus modal, hingga ketiganya terpaksa menghentikan kerjasama, mengelola manajemen masing-masing.

Mulai Lagi dari Nol

Meski tidak lagi bersama temannya, pria yang juga bekerja sebagai perencana keuangan ini tetap melanjutkan usaha jamu, dengan produk pertama yaitu jahe rempah, jahe serai serta wedang presiden.

Wedang Viral

Wedang Presiden, sedang viral di masa itu, sehingga ramuan jamu yang rutin diminum Presiden Joko Widodo untuk menjaga imun tubuh, juga menjadi jamu andalan.

Tambahkan Pelengkap

Kreatifitas dimainkan Adi, dengan menambahkan bahan pelengkap rempah lain yakni jahe, temulawak, kunyit, kencur, serai, dan gula batu, agar lebih enak dan segar.

Jamu Godogan

Varian jamu godogan seperti jamu capek capek, jamu awak ethes, serta jamu asam urat banyak diminati pelanggan.

Jamu Kekinian

Varian jamu kekinian juga tidak kalah, seperti rondho squash, jamu mantan, apple cooler, sparkling turmerric, turmerric latte, jamu mantan dan yellow butterfly.

Pelanggan Lama

Sejak berdiri sendiri, Adi memutuskan pindah ke alamat baru di Pujasera Karanganyar, namun jamu buatannya tetap diburu pelanggan lama.

Mengubah Pandangan

Tantangan terbesar dihadapi penghobi renang dan jelajah alam ini, yakni mengubah pandangan orang, tentang jamu yang dianggap sebagai minuman orang tua.

Inovatif

Tidak semua orang suka minum jamu, sehingga Adi memutar otak, berinovasi dan belajar membuat jamu kekinian, memadukan bahan jamu dengan bahan lain agar bisa disajikan dengan es, menarik minat kaum milenial.

Respon Bagus

Gayung bersambut, respon pasar begitu bagus, sehingga kaum milenial banyak menjadi pelanggannya, bahkan penjualan jamu godog tembus sampai Sumatera.

Berijin
Meski belum bisa disejajarkan dengan jamu-jamu ternama di negeri ini, produk jamu buatan Gubug Jampi tidak bisa dipandang sebelah mata, karena sudah memiliki ijin peracikan jamu, bahan herbal dari kementrian kesehatan, memiliki STR dan ijazah Poltekes Surakarta Jurusan Jamu.

Bahan Unggulan

Untuk menjaga kualitas, jamu racikannya selalu memakai bahan unggulan, alami, tanpa tambahan kimia.

Omzet Menggiurkan

Penjualan jamu produk ini mayoritas masih mengandalkan offline dibandingkan online, namun omzet menggiurkan, kisaran Rp5 juta per bulan untuk jamu kekinian saja.

Terus Berkreasi

Penyuka warna biru, merah, hitam, dan putih ini mengaku terus berkreasi mengembangkan produk-produk jamu, agar penjualan semakin meningkat.

Mimpi Besar

Cita-cita besar sudah dalam genggaman, yakni membangun resto atau cafe serba herbal, dengan menu makanan sehat serta bermuatan edukasi perihal jamu.

Custom Order

Jamu-jamunya sudah tercatat di daftar menu, namun seringkali pelanggan meminta pesanan menu khusus, sesuai permintaan.

Harga Variatif

Jamu buatan pria berkulit putih ini sangat terjangkau, dibandrol mulai Rp 10.000,- per cup, sebanding dengan manfaat yang diperoleh.

Jalin Kerjasama

Berbagai kerjasama dengan stakeholders telah dilakukan, yang terbaru adalah menandatangani MoU dengan Politeknik Surakarta, jurusan jamu, dan Pusat Unggulan Iptek atau PUI Pujakesuma. ***

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber :

Artikel Terkait