LOKAWARTA.COM,KARANGANYAR-Sejak Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) didirikan 2004 hingga 2022, sudah 118 perbankan (117 BPR dan 1 bank umum) yang dilikuidasi.
Dari jumlah itu, paling banyak di Jawa Barat yaitu 41 BPR. Disusul Sumatera Barat 18 BPR, Jawa Timur 10 BPR, Bali 8 BPR, Jawa Tengah 7 BPR, dan Banten 6 BPR.
“Terakhir likuidasi kita lakukan Bulan April lalu pada sebuah BPR di Jawa Barat,” kata Penasihat Pratama Pusat Diklat LPS Budi Joyo Santoso, Rabu (15/6/2022), di sela acara training of trainer bagi pegawai BPR/BPRS yang diselenggarakan DPD Perbarindo Jawa Tengah di Lorin Hotel Karanganyar.
Dikatakan, penyebab utama ditutupnya perbankan lantaran ada froud atau kesalahan pengelolaan pada bank tersebut, baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Kesalahan itu bisa dari internal bank, seperti kesalahan staf, direkksi, atau campur tangan pemilik (komisaris), bisa juga dari eksternal seperti nasabah maupun pihak ketiga yang bekerja sama sengan pihak ketiga.
Karena itu, lanjut dia, pihak otoritas dan LPS mendorong staf dan jajaran direksi untuk mengelola BPR secara profesional berdasarkan kepatuhan dan menghindari froud/kesalahan. Demikian juga dengan pemilik atau komisaris, jangan terlalu intervensi.
“Kami punya bank data penyebab BPR dan BPRS kenapa dilikuidasi, karena itu kami mendorong mereka untuk bekerja profesional berdasarkan kepatuhan,” kata Budi Joyo.
Dorongan yang sama disampikan ketua DPD Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Jawa Tengah Dadi Sumarsana usai membuka training of trainer (TOT) tersebut.
Dikatakan, pengelolala BPR/BPRS harus hati-hati dalam bekerja. Apalagi dalam situasi pandemi civid-19 banyak kredit bermasalah. Dadi tidak mengelak kalau angka kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) disebut melebihi ketentuan Bank Indonesia, yakni 5 persen.
Karena itu, pihaknya sepakat perlunya dioptimalkan satgas NPL di masing masing komisariat untuk menekan angka NPL. “Meski NPL-nya rata-rata segitu, saya lihat BPR/BPRS di Jawa Tengah rata-rata masih sehat semua,” kata Dadi.
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |