Layanan Melalui Adopsi Teknologi, CEO Alami Group : Jangan Sampai Anak-Anak Nantinya Tidak Kenal BPR/BPRS

4 Juli 2022, 08:18 WIB

LOKAWARTA.COM,JAKARTA-Potensi BPR dan BPRS yang bersifat lokal, dekat dengan masyarakat sekitar, dan punya peran mengembangkan pelaku usaha di wilayah operasinya, bisa berkembang apabila mampu menjaga relevansi layanannya lewat adopsi teknologi, terutama agar mulai dikenal generasi Z dan generasi Alpha.

CEO Alami Group Dima Djani beralasan, meski anak-anak masih SMP atau SMA, namun awareness mereka terkait teknologi sangat tinggi. Mereka adalah konsumen layanan keuangan dalam kurun waktu 3-5 tahun lagi.

“Jadi jangan sampai generasi ini tidak mengenal BPR dan BPRS, terutama yang ada di dekat rumahnya. Jadi sekarang harus fokus bagaimana peran kita di wilayah operasi itu semakin terasa, supaya tercipta regenerasi nasabah,” kata Dima dalam diskusi virtual bersama LPPI bertajuk Arah Maju Transformasi Digital BPRS, Minggu (3/7/2022).

Menurut Dima, kerja sama dengan tekfin P2P lending bisa menjadi pintu gerbang industri BPR dan BPRS untuk berkembang. Antara lain, lewat meningkatan kerja sama channeling dan dukungan credit scoring calon debitur berbasis data tekfin.

“Karena itu, perlu adanya regulasi yang bisa mengakomodasi penggunaan layanan BPR dan BPRS sebagai rekening dana lender bagi tekfin P2P lending, serta fleksibilitas pelaksanaan transfer dana via infrastruktur QRIS milik tekfin terhadap platform digital milik BPR dan BPRS.”

Lebih lanjut Dima Djani mengatakan, sejumlah transformasi digital yang dilakukan Alami Group yang dipimpinnya telah membawa dampak positif buat BPRS Bank Hijra.

Bank Hijra merupakan hasil akuisisi Alami Group terhadap BPRS Cempaka Al Amin yang beroperasi di DKI Jakarta Tahun 2021. Alami Group mencakup entitas tekfin P2P lending syariah PT Alami Fintek Sharia, akselerator pengusaha muslim Arqam, serta lembaga riset Alami Institute.

“Kesulitan terhadap adopsi teknologi dan digitalisasi layanan merupakan salah satu hambatan kurang berkembangnya BPR dan BPRS di tanah air. Padahal sekarang ada perubahan preferensi nasabah dari offline ke online, sehingga bisnis lembaga keuangan bergeser dari product centric menjadi consumer centric, baik dari sisi produk itu sendiri, sampai akses layanan,” ujarnya.

Oleh sebab itu, lanjut dia, Alami Group terus mengupayakan transformasi digital terhadap Bank Hijra, salah satunya dengan telah mendapat persetujuan aktivitas baru digital mobile banking dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Januari 2022.

Sesuai POJK No. 25/2021 tentang Penyelenggaraan Produk BPR dan BPRS, fitur yang disetujui OJK pada aplikasi mobile banking Bank Hijra yaitu produk dasar bagi BPR dan BPRS. Jadi ada digital onboarding, tabungan wadiah dan pemindahan dana, serta fitur-fitur islami.

“Ke depan, kami juga memproses perizinan di Bank Indonesia agar bisa menjadi penyedia jasa pembayaran, agar kami bisa transaksi produk PPOB dan lain sebagainya.”

Dikatakan, tansformasi digital hanyalah satu aspek mengatasi tantangan operasional BPR dan BPRS. Alami Group telah memperkuat permodalan Bank Hijra dari sebelumnya Rp 2 miliar menjadi Rp 15 miliar, dan membuat total aset Bank Hijra yang sebelumnya hanya Rp 8 miliar menjadi Rp 92 miliar per Mei 2022.

Alami Group juga telah membawa Bank Hijra kembali mencatatkan profit, setelah dua tahun belakangan selalu merugi. Ini merupakan buah dari pembiayaan yang naik dari Rp 5 miliar menjadi Rp 70 miliar dan dana pihak ketiga dari Rp 6 miliar menjadi Rp 85 miliar.

“Transformasi digital telah membuat Bank Hijra punya nasabah baru, serta jaringan bisnis luas dan beragam. Ini positif, karena adopsi digital bisa mengubah tren DPK di industri BPR dan BPRS saat ini, di mana berdasarkan statistik OJK, dana mahal masih mendominasi dengan rasio rata-rata 60 persen,” jelasnya.

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:webinar, Bisnis.com

Artikel Terkait