Mahasiswa KKN Unisri Serukan Genting

25 Agustus 2022, 10:11 WIB

LOKAWARTA.COM,KARANGANYAR-Mahasiswa KKNT-MBKM Unisri Surakarta menyerukan gerakan anti stunting atau Genting. Genting itu diserukan dalam workshop yang digelar di Desa Kuto Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, awal Agustus 2022.

Tiga narasumber dihadirkan dalam workshop itu. Yaitu, Duta Genre Jawa Tengah 2022 Putri Amanggana, Duta Genre Surakarta 2022 Iqbal Febrian, dan Muhamad Aldi Azhari selaku 1 st Duta Genre Karanganyar 2021. Sebanyak 40 remaja hadir dalam acara tersebut.

Dalam acara tersebut juga dilakukan pembagian nasi urab sayur dan minuman berbahan dasar kacang hijau, sebagai wujud nyata gerakan isi piringku supaya remaja tidak hanya mendapatkan informasi terkait cara mencegah terjadinya stunting, namun juga remaja mendapatkan wujud nyata pengemplementasian pola makan sehat di dalam kehidupan remaja.

“Workshop Genting merupakan salah satu cara mengedukasi remaja dengan cara peer to peer learning serta memanfaatkan Game Edukasi untuk memperdalam pemahaman remaja terhadap dampak stunting,” kata Putri Amanggana.

Lebih lanjut Putri Amanggana mengatakan, stunting adalah masalah kurang gizi dan nutrisi kronis yang ditandai tinggi badan anak lebih pendek dari standar anak seusianya.

Beberapa di antaranya mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal seperti lambat berbicara atau berjalan, hingga sering mengalami sakit.

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya informasi pada masyarakat tentang pentingnya memperhatikan asupan gizi dan kebersihan diri.

IMG 20220825 100241

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi balita stunting tahun 2018 mencapai 30,8 persen, artinya satu dari tiga balita mengalami stunting.

Indonesia merupakan negara dengan beban anak stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia.

Biasanya pembahasan stunting selalu dikaitkan dengan ibu hamil, ASI eksklusif, dan pola makan pada periode emas pertumbuhan anak.

“Ini tidak salah, karena seribu hari pertama kehidupan adalah window of opportunity, atau masa di mana ibu bisa memaksimalkan kesehatan dan perkembangan anak melalui asupan gizi yang baik,” kata Putri.

Namun, alangkah baiknya ketika memaksimalkan asupan gizi dan melakukan pencegahan stunting dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak usia remaja.

Karena memperbaiki kekurangan gizi tidak bisa dilakukan dengan cepat, memerlukan waktu dan pola hidup sehat yang sudah dibiasakan sejak jauh hari sehingga calon ibu siap untuk hamil dan melahirkan setelah menikah.

“Remaja yang kurang melek terhadap stunting disebabkan karena kurangnya edukasi atau informasi yang diterima remaja, sehingga remaja tidak memahami betul dampak stunting dan kurang tergerak untuk menjadi agen pencegahan stunting.”(***)

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber :

Artikel Terkait