Mampu Redam Gempa, Rumah Limasan Kini Mulai Jadi Trend

29 November 2021, 19:03 WIB

LIMASAN adalah salah satu bentuk rumah adat Jawa, khususnya Jawa Tengah, selain joglo, kampung, panggangpe, dan tajug.

Dan rumah adat Jawa ini memiliki bangunan berbentuk persegi panjang atau limas. Bangunan limasan punya empat buah atap, dua atap kejen serta buah atap bronjong. Biasanya ada emper di keempat sisi.

Jenis rumah adat Jawa limasan ini punya banyak ragam serta kelebihan. Salah satunya, bagian atap rumah mampu meredam gempa.

Dengan berbagai kelebihannya, kini bentuk rumah adat Jawa limasan kembali menjadi trend. Banyak pengembang membangun rumah berbentuk adat Jawa limasan, khususnya untuk rumah komersial yang harganya Rp 750 juta ke atas hingga miliaran rupiah.

“Selain punya kelebihan, yakni atap rumah mampu meredam gempa, banyak pembeli yang menginginkan rumah berbentuk rumah adat Jawa limasan, mungkin teringat masa lalu di kampung halaman,” kata salah seorang pengembang, Selamet Budi Kristanto.

Meski yang dibangun adalah rumah subsidi dan bukan komersial, namun Selamat Budi Kristanto tetap mengambil bentuk rumah adat Jawa limasan. Yaitu di tiga titik lokasi perumahan yang dia kembangkan di Sukoharjo. Dia tidak mau membangun rumah model pelana kuda, seperti yang dilakukan banyak pengembang di Soloraya karena biayanya relatif murah.

Selamet Budi Kristanto beralasan, pengembang di Soloaraya yang membangunan rumah subsidi kini sangatlah banyak, sehingga harus pandai mencuri pasar agar rumah yang dibangun laku. Apalagi lokasinya kurang straegis lantaran harga tanah kini sudah sangat mahal.

“Sekarang pembeli itu sudah cukup pinter. Meski yang dibeli itu rumah subsidi tapi pembeli pingin, rumah yang dibeli itu bagus, murah, dan berkualitas,” kata direktur utama PT Wiguna Putra Propertindo itu.

Lantaran punya kekuatan, Selamet Budi Kristanto mengakui bahwa pembangunan rumah jenis adat Jawa limasan jauh lebih murah ketimbang model plana kuda yang selama ini banyak dikembangkan oleh developer di Soloraya.

Misal, jika membangun rumah subsidi biasa hanya butuh semen 50 sak, tapi kalau rumah adat limasan butuh 70 sak semen. Lalu, genting yang digunakan adalah genting cor atau beton. Tapi Selamet Budi Kristanto punya cara menekan biaya tanpa mengurangi kualitas bangunan.

Misal, batu bata yang digunakan berukuran lebih besar sehingga pembangunan lebih cepat sehingga hemat waktu, tenaga, dan biaya. “Pembangunan juga model borongan, tidak harian,” kata dia yang mengaku sebelumnya membangun rumah model adat Jawa limasan di Cirebon, Jawa Barat.

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber :

Artikel Terkait