SURABAYA,LOKAWARTA.COM-Masyarakat di Solo Raya tampaknya lebih memilih untuk memutar uang atau dananya ketimbang menyimpan di bank dalam bentuk deposito.
Hal itu tercermin dari minusnya pertumbuhan deposito. Hingga akhir Juli 2023, simpanan deposito mengalami minus (-) 2,58 persen menjadi Rp 26,389 triliun dari tahun sebelumnya Rp 27,087 triliun.
Menurut Kepala OJK Solo Eko Yunianto, ada beberapa kemungkinan kenapa masyarakat di Solo Raya tidak menyimpan dananya di deposito bank sehingga pertumbuhannya minus.
Pertama, kemungkinan masyarakat lebih memilih untuk membeli obligasi yang ditetbitkan pemerintah lantaran keuntungan yang ditawarkan jauh lebih besar ketimbang menyimpan dana di bank dalam bentuk deposito.
Kemungkinan kedua, masyarakat pilih berinvestasi dalam bentuk lain yang lebih menjanjikan cuan lebih banyak seiring geliat pertumbuhan ekomomi di wilayah Solo Raya.
Geliat pertumbuhan ekonomi di Solo Raya juga dikuatkan dengan kredit/pembiayaan yang disalurkan perbankan yang juga tumbuh, baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Hingga akhir Juli 2023, kredit perbankan tumbuh 4,15 persen secara yoy menjadi Rp104,83 triliun dari tahun sebelumnya Rp 100,661 triliun. Berdasar jenis penggunaan, kredit didominasi kredit modal kerja dan dari jenis usaha bukan UMKM.
“Ini masih kemungkinan, karena belum ada data yang pasti masih perkiraan,” kata ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Eko Yinianto ketika menjawab pertanyaan dalam workshop literasi industri jasa keuangan bersama wartawan ekonomi bisnis Solo Raya di Surabaya, Kamis (7/9/2023).
Meski simpanan dalam bentuk deposito pertumbuhannya minus, lanjut Eko Yunianto, namun Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan dari masyarakat di Solo Raya secara yoy meningkat 1,50 persen menjadi Rp 93,05 triliun, dari tahun sebelumnya Rp 91,669 triliun.
Pertumbuhan simpanan terlihat pada tabungan dan giro masing masing tumbuh 3,57 persen menjadi Rp 54,541 triliun dan tumbuh 1,65 persen menjadi Rp 12,116 triliun.
“Secara umum, stabilitas sektor perbankan di Solo Raua tetap terjaga dan tumbuh. Secara yoy, aset naik 4,19 persen menjadi Rp115,99 triliun dari sebelumnya Rp114 triliun,” kata Eko Yunianto.
“Selain itu, likuiditas perbankan di Solo Raya juga masih terjaga dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada angka 112,67 persen disertai peningkatan risiko kredit yang tercermin.” (*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |