Mengapa Tradisi Tahun Baru Identik dengan Kembang Api?

1 Januari 2024, 18:00 WIB

LOKAWARTA.COM – Sejarah mencatat tradisi tahun baru identik dengan kembang api. Mengapa kembang api menjadi bagian dari perayaan pergantian tahun?

Diketahui, peradaban di seluruh dunia telah merayakan awal tahun baru setidaknya selama empat milenium atau 4.000 tahun.

Saat ini, perayaan Tahun Baru dimulai pada tanggal 31 Desember yang merupakan hari terakhir kalender Masehi, dan berlanjut hingga dini hari tanggal 1 Januari (Tahun Baru).

Tradisi perayaan tahun baru yang umum dilakukan antara lain, dengan pesta, membuat resolusi untuk tahun baru, dan menonton pertunjukan kembang api.

Tepat setelah pukul 12:00 pada Malam Tahun Baru, kembang api akan diluncurkan untuk merayakan datangnya Tahun Baru.

Mengutip Wake Forest University, menyalakan kembang api pada tahun baru konon untuk mengusir kejahatan di China.

Diyakini, orang yang meluncurkan kembang api pertama di Tahun Baru akan mendapat keberuntungan.

Itu sebabnya perayaan tahun baru identik dengan kembang api.

Tak heran, di berbagai kota di seluruh dunia, pertunjukan kembang api yang spektakuler berlangsung segera setelah jam melewati tengah malam pada tanggal 31 Desember.

Bagi sebagian besar orang, perayaan tahun baru hanya sekedar acara kumpul untuk makan, minum, dan bersenang-senang. Namun di sejumlah tempat di dunia, perayaan tahun baru terkait dengan peristiwa astronomi.

Melansir British Council, misalnya di Mesir, awal tahun bertepatan dengan banjir Sungai Nil yang biasanya terjadi saat bintang Sirius terbit.

Bangsa Persia dan Fenisia memulai tahun baru pada ekuinoks musim semi. Yakni sekitar tanggal 20 Maret ketika Matahari kurang lebih bersinar tepat di garis khatulistiwa di mana lamanya malam dan siang hampir sama.

Perayaan tahun baru tertua diyakini terjadi di Kota Babilonia di Mesopotamia kuno di mana perayaan Tahun Baru pertama kali tercatat sekitar 4.000 tahun yang lalu.

Bangsa Babilonia mengadakan perayaan tahun baru pada bulan baru pertama setelah ekuinoks musim semi dan menyebut festival ini sebagai Akitu, yang berasal dari kata yang digunakan orang Sumeria untuk jelai.

Jelai dipotong di Mesopotamia pada musim semi, dan selama Akitu ada ritual berbeda setiap hari selama 11 hari perayaan tersebut berlangsung.

Patung para dewa dibawa melalui jalan-jalan kota, dan dengan cara ini bangsa Babilonia percaya dunia telah dibersihkan untuk mempersiapkan tahun baru dan musim semi baru.

Selain itu, ada sejumlah tradisi tahun baru yang unik dan menarik di sejumlah tempat di dunia.

Di Skotlandia, Malam Tahun Baru disebut Hogmanay dan pijakan pertama menjadi kebiasaan populer di mana orang mengunjungi rumah teman dan tetangga tepat setelah tengah malam.

Orang pertama yang mengunjungi rumah seseorang harus membawa hadiah karena ini berarti keberuntungan.

Di Spanyol terdapat tradisi tahun baru berupa kebiasaan memakan 12 buah anggur saat lonceng berbunyi pada tengah malam pada tanggal 31 Desember.

Satu buah anggur dimakan setiap kali lonceng berbunyi dan setiap buah anggur dianggap membawa keberuntungan untuk setiap bulan di tahun mendatang.

Di Brasil, Ekuador, Bolivia, Venezuela, dan beberapa negara Amerika Tengah dan Selatan lainnya, orang-orang mengenakan pakaian dalam khusus dengan warna berbeda pada Malam Tahun Baru.

Merah dianggap baik untuk membawa cinta di tahun baru, sedangkan kuning dianggap membawa uang.

Pada akhirnya, bagaimanapun tradisi tahun baru di seluruh dunia, tahun baru adalah waktu yang tepat untuk membuat resolusi demi perubahan diri sendiri yang lebih baik.

Editor:Arumi Chan
Sumber:

Artikel Terkait