SOLO,LOKAWARTA.COM-Tim Peneliti Universitas Slamet Riyadi / Unisri Surakarta menggelar Focus Group Discussion (FGD), di Desa Wisata Ngargoyoso Karanganyar, Selasa (29/9/2023).
FGD bertema ”Mengembangkan Model Mitigasi bencana Alam Berbasis Community Governance Sebagai Upaya Mewujudkan Masyarakat Tangguh Bencana di Desa Wisata”.
FGD dengan sumber dana dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi tahun anggaran 2023, itu merupakan salah satu rangakian dalam pengumpulan data penyusunan kajian empiris.
Bencana di Desa Wisata jadi pokok permasalahan FGD karena korban terbesar dari bencana adalah masyarakat yang tinggal di desa dengan potensi bencana.
Karena itu, perlu upaya meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat dalam mengantisipasi kemungkinan bencana yang terjadi, sehingga resiko bencana dapat dikurangi.
Ngargoyoso dipilih karena potensi wisatanya, seperti: kebun teh, air terjun dan pemandangan alam. Selain itu, Ngargoyoso juga daerah dengan potensi bencana, seperti : longsor, kebakaran hutan dan cuaca ekstream.
Bencana yang sering terjadi di wilayah Ngargoyoso tak hanya saat musim penghujan, tapi juga saat kemarau. Longsor terjadi karena kondisi tanah yang tidak stabil bahkan tingkat kemiringannya hampir mencapai 90 derajat.
“Pembangunan potensi wisata di Ngargoyoso, juga menjadi penyumbang terjadinya bencana di kawasan tersebut,” kata Syarif Hidayatullah dari BPBD setempat.
Camat Ngargoyoso Wahyu Agus Pramono mengatakan, di Kecamatan Ngargoyoso terdapat Rewang Guru atau Relawan Ngargoyoso Guyup Rukun. Relawan ini bekerja sama dengan BPBD, Masyarakat, PMI, Dinas Sosial, TNI dan Polsek setempat.
Dengan adanya Rewang Guru tersebut, kata dia, bencana yang terjadi di Kecamatan Ngargoyoso dapat teratasi dengan baik.
“Rasa persatuan dan memiliki atas Kecamatan Ngargoyoso sangat baik, sehingga bencana yang terjadi dapat teratasi dengan baik,” ungkap Wahyu.
Ketua Tim Peneliti Dr Joko Pramono menjelaskan, FGD yang membahas tingginya intensitas bencana di Ngargoyoso memerlukan suatu upaya agar dapat menanggulangi potensi dari dampak bencana, yakni dengan melakukan mitigasi/penanggulangan bencana berbasis komunitas.
Konsep mitigasi berbasis komunitas, kata Dr Joko Pramono, perlu dikembangkan, karena saat ini penanggulangan bencana masih bertaut pada tanggap bencana saja.
“Penelitian ini akan mengembangkan model mitigasi berbasis komunitas lintas sektoral yang saling berhubungan,” tandasnya.
Di akhir FGD tersebut agar dapat dibentuknya suatu payung hukum untuk dapat mendasari dari penyelenggaraan model integrasi mitigasi bencana lintas administrasi wilayah/lintas sektoral yang saling bersinergi. Payung hukum nantinya dapat berupa peraturan bersama kepala desa.
“Tentunya payung hukum sebagai output utama dari penelitian ini ditujukan agar perlindungan terhadap warga di Kecamatan Ngargoyoso dapat secara optimal diberikan.”
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |