Program Beasiswa KIP-K Bakal Dievaluasi, Kepala LLDIKTI Wilayah VI : Banyak yang Disunat

10 Juni 2023, 16:51 WIB

SOLO,LOKAWARTA.COM-Banyaknya temuan pelanggaran dalam penyaluran beasiswa KIP-K bagi para mahasiswa di sejumlah perguruan tinggi di berbagai wilayah menjadi alasan bagi Kemendikbudristek untuk mengevaluasi program tersebut.

Dari temuan di lapangan, banyak mahasiswa yang menerima beasiswa KIP-K (Kartu Indonesia Pintar Kuliah) tidak utuh lantaran disunat atau dipotong oleh oknum perguruan tinggi. Selain disunat, penyerahan dana tersebut tidak tepat waktu atau tersendat.

Menurut ketua Kepala LLDIKTI Wilayah VI Bhimo Widyo Handoko, uang saku bagi mahasiswa penerima beasiswa KIP-K Rp 900 ribu hingga Rp 1,2 juta per bulan, di luar dana operasional yang diterimakan langsung ke perguruan tinggi. Tapi yang sampai mahasiswa tidak sampai segitu.

“Untung saja di Jawa Tengah tidak ada masalah, dibayarkan sesuai pagu. Masalah itu (potongan dana KIP-K), terjadi di luar Jawa Tengah,” kata Bhimo di Solo, Selasa (6/6/2023).

“Mari kita sukseskan program KIP-K, karena program ini sangat bermanfaat terutama bagi masyarakat yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.”

Di Jawa Tengah, kata Bhimo, ada 1.600 mahasiswa dari 230 perguruan tinggi yang menerima beasiswa KIP-K, yang sebelumnya disebut bidikmisi. Menurut dia, jumlah itu dirasa belum mencukupi dibanding jumlah mahasiswa di Jawa Tengah yang sudah mencapai 600.000 mahasiswa.

“Penerima beasiswa KIP-K itu syaratnya mudah, tidak harus berprestasi dan harus pinter banget,” kata Bhimo Widyo Handoko.

Dalam kesempatan itu Kepala LLDIKTI Wilayah VI juga mengimbau para pimpinan perguruan tinggi untuk bersinergi, tidak berkompetisi. Kalaupun berkompetisi, kompetisilah dengan sehat. Sehingga hubungan harmonis antar perguruan tinggi tetap terjaga.

Demikian juga dengan dosen, hendaklah tetap profesional dan tetap menjalankan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi serta menjaga kebersaaan dengan para dosen lainnya dalam satu perguruan tinggi.

“Ada seorang dosen senior di sebuah perguruan tinggi swasta, karena kalah bersaing dalam pemilihan rektor, dia pindah ke perguruan lain. Rektor itu tidak sendiri, tapi membawa gerbong. Nah, hal ini kan tentu tidak baik. Semoga tidak terjadi di sini,” katanya.

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:

Artikel Terkait