LOKAWARTA.COM,SOLO-Untuk memberikan penghormatan dan apresiasi atas berbagai pencapaian dan prestasi yang telah ditorehkan Garin Nugroho Riyanto, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta memberikan Gelar Kehormatan Doctor Honoris Causa dalam bidang Penciptaan Seni Film untuk pertama kalinya.
Sidang Senat Terbuka dalam rangka penganugerahan Gelar Doctor Honoris Causa dilaksanakan di Pendopo GPH Joyokusumo dan dilanjutkan dengan Pertunjukan Setan Jawa di Teater Besar Gendhon Humardani ISI Surakarta, Selasa (6/12/2022).
Gelar Doktor Honoris Causa, diberikan kepada seseorang yang telah berjasa atau berkarya luar biasa pada bidang seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta sumbangsihnya pada kebudayaan dalam arti lebih luas, termasuk dalam bidang kemanusiaan.
Dr HC Garin Nugroho adalah satu di antara sedikit manusia yang berkarya, mencipta, mengabdi, dan berkomitmen secara konsisten, terus-menerus dalam teba kesenian yang sangat luas.
Meski berbasis di bidang penciptaan seni film, bagi kami, Garin secara luwes, adaptif, dan kreatif-inovatif, hadir dalam banyak ruang kesenian yang lain: musik dan karawitan, tari, teater, rupa, tembang dan lagu, yang hampir semuanya berangkat dari dan untuk menjawab berbagai persoalan dan keresahan masyarakat.
Dalam Pidato Ilmiah Promovendus, Garin menguraikan sebuah tajuk “Strategi Budaya Sebagai Oase Masyarakat Sipil Yang Demokratis”. OASE menunjuk tempat subur bagi kehidupan.
Kebudayaan sering diartikan atau dimanifestasikan sebagai bentuk seni dalam pengertian mikro, bahkan sering diartikan sebagai “hiasan”, namun langka meletakkan bentuk seni tersebut sebagai kebudayaan dalam arti luas sehingga menjadi bagian tak terpisahkan hak hak sipil atau hak azazi manusia.
Akibatnya, seni sering dianggap tidak cukup memiliki nilai-nilai nominal dan intrinsik yang mampu secara langsung membangun ekonomi dan politik bangsa. Sebutlah, karta film alternatif tidak dihitung karena sumbangan nomial ekonomi dan mendukung politik.
Menurut Garin, kebudayaan merupakan suatu ekosistem untuk cara berpikir, bertindak dan bereaksi, individu, komunitas, beragam institusi dan negara bangsa terhadap tantangan dan masa depannya.
Ekosistem tersebut berakar pada sains, teknologi dan estetika beserta nilai hidup yang tidak dipisahkan satu sama lainnya untuk mewujudkan peradaban.
Maka, kata Garin, karya seni sebagai bagian tak terpisahkan dari kebudayaan merupakan manifestasi manusia dalam cara pikir, tindak dan bereaksi baik dalam bentuk karya rupa, seni pertunjukkan, sastra, rupa hingga film serta beragam perkembangannya.
“Ia seperti oase, suatau ekosistem yang menjadi ruang menemukan kesuburan kehidupan,” kata Garin dalam pidato pengukuhannya.
Rektor ISI Surakarta, Dr I Nyoman Sukerna mengakui, dalam setiap karyanya, Garin selalu menghadirkan narasi-narasi yang menggambarkan fenomena-fenomena baik sosial, politik, ekonomi, budaya, bahkan agama dalam sebuah tawaran kontestasi yang merangsang dan memaksa siapapun kita untuk berpikir, tanpa harus mengernyitkan dahi, namun menjadi paham dan sadar bahwa, semua yang tersaji itu ada dalam realitas masyarakat.
Keluwesan pribadi dan keleluasaan seni telah membawa Garin dalam ruang-ruang yang lebih luas dari sekadar urusan seni. Garin adalah seniman, budayawan, pemikir, penulis, sutradara, dan aktivis sosial dengan level jaringan pertemanan yang cukup unik: petani, tukang batu, dia bisa bertemu, namun pejabat, menteri, atau bahkan presiden dapat menerimanya tanpa harus berpikir dampak maupun preseden.
“ISI Surakarta, dan dalam jumlah yang sangat banyak para seniman-seniman akademisnya, selalu terlibat dan bersinggungan, baik langsung maupun tidak dalam sebagian besar karya Garin Nugroho,” kata rektor.
“Sehingga dapat dikatakan, karya karya Garin Nugroho adalah ensiklopedia pencapaian seniman-seniman akademisi dari Institut Seni Indonesia Surakarta,” pungkasnya.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |