SOLO,LOKAWARTA.COM-Ada kejadian khusus tak terlupakan yang dialami dalang kondang Ki Warseno Slank ketika masih kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta di era tahun 1980-an.
Kejadiannya, Warseno yang sedang praktikum di laboratorium memecahkan mikroskop yang harganya terbilang cukup mahal pada saat itu. Akibatnya, dia tidak boleh mengikuti mata kuliah itu oleh dosen pengampu.
Pengalaman itu diungkap oleh Ki Warseno Slank kepada wartawan usai menerima penghargaan dari almamater. Penghargaan diserahkan langsung oleh rektor Prof Dr Winarti dalam puncak peringatan dies natalis UTP ke-43 di kampus setempat.
Selain kepada Ki Warseno Slank yang dinilai sebagai alumni berprestasi dan berkontribusi, penghargaan juga diserahkan pada guru besar, doktor dan sejumlah dosen serta tenaga pendidikan dan mahasiswa yang dinilai berprestasi.
Penghargaan diserahkan di rapat senat terbuka dalam rangka Dies Natalis UTP ke-43 di Aula FKIP Kampus II UTP, Nusukan, Banjarsari, Solo, Senin (17/7/2023).
“Saya bangga dengan penghargaan ini, saya bangga dengan UTP. Kini UTP sudah maju, sudah menjadi perguruan tinggi besar. Ini bisa menjadi penyemangat mahasiswa atau calon mahasiswa yang akan kuliah di sini,” kata Ki Warseno yang kini telah bergelar doktor itu.
Terpisah, Rektor UTP Prof Dr Winarti mengatakan, memaknai 43 tahun, UTP membangun generasi yang ahli dalam menguasai teknologi sekaligus mengokohkan generasi yang bermartabat.
“UTP membangun generasi, khususnya generasi Z yang ahli dan menguasai teknologi, sekaligus mengokohkan generasi yang bermartabat,” ungkapnya.
Dikatakan banyak upaya yang dilakukan agar lulusan UTP Solo mampu merespons perkembangan teknologi yang cepat. Standar kompetensi sudah disiapkan oleh kampus.
“Sejak dulu, kami membekali mahasiswa dengan nilai-nilai patriotisme, kepeloporan, dan kemandirian. Setiap mahasiswa UTP mendapat materi itu. Sehingga harapannya, alumni UTP siap pascalulus,” kata rektor.
Saat ini, UTP sudah mendirikan lembaga sertifikasi profesi sehingga setiap mahasiswa memiliki sertifikat pendamping. “Jadi selain ijazah, kami siapkan keahlian setiap bidangnya sehingga memiliki sertifikat kompetensi,” tutur Prof Winarti.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |