LOKAWARTA.COM,JAKARTA-Meski belum genap dua tahun beroperasi,
Bank Syariah Indonesia (BSI) terus mencatatkan prestasi. Prestasi itu adalah buah transformasi dan kolaborasi seluruh elemen perseroan di bawah kepemimpinan Hery Gunardi selaku Direktur Utama.
Hery yang juga Bendahara Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) itu dengan cekatan menakodai BSI menjadi salah satu bank syariah terbesar dan paling disegani dengan pertumbuhan kinerja impresif.
Selain itu, secara personal juga mampu menunjukkan performa positif dari sisi kepemimpinan di industri keuangan, dengan keunikan dinamika yang menyertainya.
Tangan dingin Hery Gunardi dalam menyelesaikan proses merger dan pengembangan bisnis BSI, membuat CNBC Indonesia mendaulatnya sebagai The Best CEO in Merger & Acquisition.
“Alhamdulillah, penghargaan ini merupakan keberhasilan bersama dari seluruh tim yang terlibat dan dukungan luar biasa dari seluruh pemegang saham, yaitu Bank Mandiri, BNI dan BRI serta Menteri BUMN Erick Thohir yang selalu memberikan ide-ide yang membangun,” kata Hery Gunardi.
Hery yang merupakan Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) adalah seorang bankir yang memiliki keahlian dalam bidang penggabungan beberapa unit bisnis. Itu dibuktikan dengan suksesnya proses merger antara tiga bank syariah di Indonesia—Bank BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan Bank BNI Syariah.
Dia memulai perjalanan di industri perbankan dan memulai karir di Bank Bapindo sebagai staf penelitian dan pengembangan tahun 1991, setelah menyelesaikan studinya di University of Oregon, USA, jurusan Keuangan dan Akuntansi. Setelah itu, perjalanan karir dia melesat setelah berkerja di Bank Mandiri.
Sesaat setelah BSI diresmikan oleh Presiden, Hery juga meraih gelar doktor pada Program Studi Doktor Ilmu Manajemen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran.
Ia membuktikan keahliannya sebagai seorang bankir, khususnya di bisnis ritel, dengan menulis disertasi tentang “Pengaruh Daya Saing Bank, Manajemen Risiko dan Customer Relationship Management (CRM) terhadap Kinerja Private Wealth Management dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Bisnis Retail Banking.”
Tahun lalu, pasca suksesnya gelaran merger, BSI loncat menjadi bank nomor 7 di antara seluruh bank di Tanah Air berdasarkan total aset.
Hingga akhir September tahun ini, aset BSI tercatat mencapai Rp280 triliun, meningkat nyaris 20% kurang dari dua tahun pasca merger. Pada kuartal pertama 2021, pertama kali BSI melaporkan kinerja konsolidasi pasca merger dengan catatan aset Rp 234,43 triliun.
Dari sisi permodalan, BSI juga tumbuh semakin besar menjadi senilai Rp 25,61 triliun, teratas di antara bank syariah di Indonesia. Dengan permodalan dan aset yang kian membesar, perseroan pun sudah siap bersaing di pasar global.
Hingga akhir kuartal ketiga tahun ini, BSI membukukan laba bersih Rp3,21 triliun, naik 42% banding periode yang sama tahun sebelumnya. Catatan pertumbuhan laba ini juga merupakan yang terbaik di antara bank syariah lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Ke depan, BSI diperkirakan dapat tumbuh semakin besar lagi, mengingat Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.
BSI akan terus mengoptimalkan peluang bisnis dalam ekosistem keuangan Islam agar mampu mendorong pertumbuhan laba dan kinerja BSI. Dengan demikian, BSI dapat memberi manfaat yang lebih besar bagi umat dan pemerintah.
Sebagai bank syariah, kemanfaatan BSI bagi Indonesia tidak berhenti pada pembayaran pajak kepada pemerintah dan dividen kepada pemegang saham, tapi juga penunaian zakat bagi umat.
Selain juga melanjutkan transformasi ya ng diharapkan dapat meningkatkan kinerja bottomline perusahaan dan memberikan nilai tambah signifikan kepada pemegang saham.(*)
Editor | : | Pilih Nama Editor |
---|---|---|
Sumber | : |