SOLO,LOKAWARTA.COM-Pembiayaan (kredit) yang disalurkan perbankan di Solo Raya, berdasarkan laporan OJK, mengalami penurunan 0,06 persen atau senilai Rp 63 miliar hingga akhir Oktober 2024.
Dengan turunnya pembiayaan yang disalurkan itu, kata wakil ketua Perbarindo Solo Raya Kotot Tamtama, maka otomatis laba perbankan juga akan turun atau paling tidak stagnan, demikian juga dengan aset. Kalau pun ada pertumbuhan sangatlah minim.
Sebab, pendapatan perbankan sebagian besar diperoleh dari marjin pembiayaan (kredit) yang disalurkan, meski masih ada pendapatan sektor lain dari diversifikasi usaha.
Di samping itu, penyaluran kredit yang mengalami penurunan berpotensi menaikkan angka kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL). Hingga Bulan Oktober, NPL tercatat 10,13 persen, jauh melebihi ambang batas yang ditetapkan Bank Indonesia 5 persen.
Menurut Kotot, turunnya penyaluran kredit tidak lepas dari situasi ekonomi global dan nasional, dimana kelas menengah dan bawah menurun daya belinya. Sehingga perbankan selektif dalam menyalurkan pembiayaan agar tidak menimbulkan kredit bermasalah atau NPL.
“Perbankan masih wait and see terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah baru, khususnya bidang ekonomi dan keuangan,” kata Kotot ketika dihubungi melalui aplikasi WA, Senin (30/12/2024).
Sementara itu berdasarkan laporan OJK, aset perbankan di Solo Raya naik 2,61 persen menjadi Rp 120,91 triliun dari sebelumnya Rp 117,84 triliun. Ada pun untuk Dana Pihak Ketiga (DPK), tercatat mengalami peningkatan 4,89 persen menjadi Rp 98,40 triliun.
“Untuk likuiditas perbankan di Solo Raya masih terjaga. Hingga Oktober 2024, Loan to Deposit Ratio (LDR) pada angka 107,76 persen,” kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Eko Hariyanto dalam rilis yang dibagikan ke media.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |