SOLO,LOKAWARTA.COM-Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta siap menerima mahasiswa difabel atau berkebutuhan khusus sejak tahun 2022.
Meski belum 100% bisa dikatakan sebagai kampus ramah difabel, UTP khususnya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang memiliki 14 mahasiswa difabel di Prodi S1 PKO dan S2 Penjas sudah mulai berbenah dan menyiapkan segala kesiapan untuk mahasiswa difabel.
Mahasiswa difabel UTP saat ini mayoritas atlet nasional yang prestasinya sudah tidak diragukan lagi hingga kancah internasional.
Dekan FKIP Dr Joko Sulistyono mengatakan, mahasiswa difabel UTP yang sekaligus atlet itu mayoritas statusnya sudah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Mereka jadi PNS dari jalur prestasi, sehingga untuk kenaikan pangkat butuh mengambil kuliah S1.
“Jadi para atlet ini direkrut jadi PNS dari jalur prestasi dan dengan persyaratan lain ijazah minimal SLTA / SMA dengan usia di bawah 35 tahun,” kata Joko Sulistyono ditemui di sela-sela kesibukannya, Senin (28/8/2023).
“Golongan mereka masih 2A dan untuk peningkatan golongan terutama ke golongan 3 itu bisa ditempuh melalui pendidikan yaitu kuliah S1 dan lebih khusus lagi di kepelatihan olahraga. Untuk kenaikan pangkat secara regular lama dan kebetulan ini jabatan fungsionalnya juga sampai sekarang belum clear.”
” Sehingga kuliah di UTP mengambil jenjang S1, khususnya di kepelatihan olahraga, merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan karir terutama meningkatkan golongan sebagai PNS, dari golongan 2 ke golongan 3,” ujar Joko.
Lebih lanjut Joko menjelaskan sistem perkuliahan di UTP, khusus untuk mahasiswa difabel, secara luring maupun daring. Sistem perkuliahan itu juga menyesuaikan kegiatan para atlet NPC yang harus menjalani latihan yang padat.
“Untuk perkuliahan kami terapkan secara khusus, jadi perkuliahannya kalau secara luring tatap muka itu memang di wacanakan Sabtu dan Minggu lalu juga ada wacana untuk kuliah online juga,” kata Joko.
“Para atlet kan banyak kesibukan terutama masa-masa Pelatnas, mereka harus latihan dari Senin pagi sampai Sabtu pagi, tapi kita tetap harus memberikan perkuliahan bagi mereka”, imbuhnya.
Joko berharap, dengan adanya atlet-atlet NPC yang masuk ke UTP bisa memberi motivasi kepada atlet-atlet lainnya baik difabel maupun non difabel.
Dia melihat, atlet saat ini bak public figure dimana bisa menjadi teladan bagi masyarakat maupun juniornya sesama atlet untuk berkuliah, bahkan bisa mengajak teman-temannya atau pengikutnya untuk berkuliah di UTP.
“Jadi menurut saya dengan masuknya teman-teman atlet NPC di UTP ini, saya punya keyakinan bahwa nantinya akan memberi motivasi bagi atlet atlet lain yang statusnya pegawai negeri juga,” katanya.
“Dan tidak hanya atlet difabel tapi juga non difabel dari berbagai cabang olahraga lainnya. Contohnya saja Ratri, atlet para badminton juara Paralimpic di Tokyo, meski dirinya mahsiswa S2 Penjas UTP tapi bisa menarik junior-juniornya di NPC bahkan harapannya yang nondifabel juga. Dengan masuknya Ratri di UTP bisa memotivasi atlet-atlet lain juga”, Harap Joko.
Soal pembiayaan Joko mengatakan memang tidak ada beasiswa khusus untuk atlet NPC, Joko menyampaikan bahwa kelonggaran yang diberikan untuk atlet NPC ini adalah jadwal dan system perkuliahan.
“Untuk perkuliahan di UTP, khususnya para atlet NPC ini memang tidak kita berikan beasiswa, karena kalau kita berikan beasiswa prestasi atlet-atlet ini prestasinya sudah internasional, saya rasa mereka membayar sendiripun tidak keberatan. Jadi Kita memberikan kelonggaran untuk kuliahnya yaitu pas weekend dan bisa online,” jelas Joko.
Selain itu Joko juga mengatakan bahwa mahasiswa di FKIP, khususnya prodi PKO saat ini, tidak hanya mahasiswa difabel yang atlet saja yang masuk ke UTP, melainkan ada tenaga pendukung di pelatnas juga kuliah di UTP.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |