LOKAWARTA.COM-Cukup banyak pembeli properti atau debitur kredit pemilikan rumah di Tiongkok / China tidak membayar kredit atau mogok bayar KPR pada proyek perumahan yang belum rampung.
Karena itu, pemerintah negeri tirai bambu itu mendesak lembaga keuangan / perbankan di negara tersebut untuk memperpanjang pinjaman kepada pengembang properti.
Hal itu dikatakan Komisi Regulasi Perbankan dan Asuransi China (CBIRC), seperti dilansir CNBC Indonesia dari Reuters, Senin (18/7/2022).
Dikatakan, bank harus memenuhi kebutuhan pembiayaan pengembang. Namun hal ini dapat dilakukan jika pihak bank merasa proyek properti pengembang itu masuk akal.
“Dengan upaya bersama, semua kesulitan dan masalah akan diselesaikan dengan baik,” lapor China Banking and Insurance News dalam pengumuman itu, Minggu (18/7/2022).
China sendiri sebelumnya telah dilanda krisis bidang properti setelah dua raksasa real estate, Evergrande dan Sunac, mengalami permasalahan keuangan akibat utang yang berlebihan.
Sementara itu, beberapa pejabat keuangan sendiri sedang berusaha mengembalikan minat publik untuk membeli properti.
Terakhir, pengembang di Provinsi Henan menerima hasil bumi seperti gandum, semangka dan bawang putih sebagai down payment dalam pembelian unit demi meningkatkan penjualan di wilayah pedesaan.
Dengan adanya himbauan ini, analis menilainya sebagai sesuatu yang positif bagi pasar properti. Sebab sebelumnya, banyak konsumen menghentikan cicilan atau mogok bayar KPR karena kekhawatiran terkait banyak proyek properti yang belum dapat memastikan tanggal serah terima.
“Saya pikir pemerintah China memiliki kemauan untuk memecahkan masalah, kata Mark Dong dari Minority Asset Management.
Sebab, kata Dong, risiko terbesar yang ditimbulkan dari mogok bayar KPR itu adalah penurunan kepercayaan konsumen, yang akan mengancam pemulihan baru dalam penjualan properti.
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | CNBC Indonesia |